TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang sempat menyentuh Rp 12.900 bukan hanya persoalan imbas dari perang energi antara pihak barat kontra Russia terkait konflik Ukraina.
Pelemahan rupiah itu juga merupakan wujud ketidakpercayaan pasar terhadap para menteri ekonomi kabinet bentukan Presiden Joko Widodo. Kesimpulan itu muncul dari Forum Group Discussion (FGD) “Economy & Politic Outlook 2015” yang dihelat Ikatan Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) di Jakarta, Kamis kemarin.
Dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Jumat (19/12/2014), kesimpulan tersebut dibacakan oleh Ketum Presidium Pusat ISKA, Muliawan Margadana, didampingi para dewan pakar termasuk di antarnya; Adrianus Meliala, Charles Mangun, budayawan Eka Budianta, Titus Sarijanto serta beberapa politisi.
Karena itu, ISKA meminta Jokowi untuk melakukan langkah-langkah strategis dan tepat guna, termasuk kemungkinan perombakan kabinet lewat penempatan menteri yang berkompeten di bidangnya untuk menghadapi tantangan memburuknya ekonomi nasional.
Selain itu, ISKA melihat para menteri, pejabat setingkat menteri atau pejabat negara jabatan strategis tidak cukup hanya bersih diri saja tetapi harus memiliki kompetensi di bidangnya.
Para pejabat tersebut, diminta ISKA untuk tidak mengedepankan politik artifisial, namun fokus bekerja serta tidak membuat komentar yang akan mengundang rasa permusuhan hanya untuk pemberitaan.
Dalam keterangannya, ISKA menyiratkan bahwa “bulan madu” antara Joko Widodo dan rakyat akan segera usai dengan kenyataan memburuknya ekonomi pada akhir 2014 dan hal itu akan sangat berpengaruh pada masa depan stabilitas politik dan keamanan pada 2015.