TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perlu dibangun destinasi wisata baru di Bali diluar yang sudah ada dan berkembang saat ini. Salah satu promosi wisata baru tersebut adalah rencana revitalisasi Teluk Benoa.
"Selama masyarakat Bali menerima revitalisasi Teluk Benoa, maka itu tidak masalah. Tapi harus tetap perhatikan faktor lingkungan," ujar Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy dalam pernyataannya, Kamis(25/12/2014).
Menurut Didien, Bali saat ini memang tetap menjadi ikon pariwisata Indonesia. Masyarakat luar negeri selalu menanyakan soal Bali bila ada promosi wisata.
Hanya saja, saat ini Bali menarik bagi turis yang belum pernah berkunjung atau baru pertama kali berkunjung (first comer). Wisatawan yang pernah ke Bali, mereka selalu mencari destinasi wisata lainnya di luar sentra Kuta, dan Legian. Mereka menginginkan wisata yang nyaman, dipenuhi fasilitas, mudah akses, dan tidak macet.
"Mereka mencari beyond Bali. Bali bisa bergeliat lagi dengan menawarkan pusat-pusat destinasi wisata baru. Khususnya, destinasi di luar sentra Kuta, Legian, dan Denpasar karena di situ jalanan sudah macet," ujar Ketua Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia (Gahawisri) ini.
Karenanya, perlu dibangun destinasi wisata baru di luar sentra-sentra yang sudah berkembang yang menawarkan kenyamanan, akses yang mudah, dan tidak macet. Ia pun mengapresiasi rencana revitalisasi di Teluk Benoa. Rencana itu, ujarnya, diharapkan mampu menggeliatkan kembali wisata di Bali. Sehingga pamor Bali kembali meningkatkan dan tak kalah saing dengan wisata di negara Asean lainnya.
Diketahui, fakta kondisi Teluk Benoa saat ini sangat memprihatinkan. Terjadi pendangkalan yang mengkhawatirkan terhadap kehidupan hutan mangrove akibat sedimentasi. Bahkan, sekarang ini Teluk Benoa dipenuhi sampah, baik sampah sisa pembangunan jalan tol, maupun sampah rumah tangga. Setiap hari tidak kurang sampah yang diangkut mencapai empat truk.
Kondisi ini mendorong pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 51 tahun 2014 yang membolehkan dilakukan revitalisasi di teluk Benoa yang luas keseluruhannya mencapai 3300 Ha terdiri hutan mangrove 1400 ha dan sisanya perairan yang telah alami sedimentasi.
Studi kelayakan bersama yang dilakukan IPB, ITB, UGM, ITS dan UNHAS menghasilkan kawasan Teluk Benoa dapat di revitalisasi. Menurut rencana dari luas keseluruhan 3300 Ha yang akan direvitalisasi 1400 Ha. Revitalisasi teluk Benoa dilakukan setelah melakukan kajian lingkungan, sosial dan budaya.