TRIBUNNEWS.COM – Hilang kontaknya pesawat AirAsia berkode penerbangan QZ8501, Minggu (28/12/2014), menjadi kecelakaan pesawat terbang ketiga yang terjadi pada tahun ini yang punya kaitan dengan sebuah negara, Malaysia.
Insiden pertama adalah hilangnya pesawat Malaysia Airlines berkode penerbangan MH370 yang masih misterius hingga saat ini, sejak 8 Maret 2014. Insiden kedua, melibatkan maskapai yang sama, untuk pesawat MH17 yang ditembak jatuh di kawasan timur Ukraina pada 17 Juli 2014.
Berikut ini cuplikan dari ketiga insiden tersebut:
1. Malaysia Airlines MH370
Pesawat ini hilang pada 8 Maret 2014 dan sampai saat ini masih menjadi misteri paling membingungkan dalam sejarah penerbangan modern. Membawa 239 orang dari Kuala Lumpur, Malaysia, dalam penerbangan menuju Beijing, China, pesawat ini lenyap tanpa jejak.
Pencarian yang melibatkan belasan negara dengan peralatan tercanggih yang ada saat ini, sudah menelisik hingga ke Samudra Hindia, untuk tak juga mendapati satu kepingan pun dari pesawat tersebut.
Setelah pencarian selama empat bulan, pada 4 Oktober 2014 dimulailah babak baru pencarian dengan peralatan yang lebih canggih daripada sebelumnya, melibatkan sonar, video kamera, dan sensor bahan bakar pesawat.
Semua peralatan canggih ini diperkirakan masih butuh waktu satu tahun untuk menjelajahi kawasan terpencil yang berjarak sekitar 1.800 kilometer dari Australia, yang diduga menjadi "akhir perjalanan" MH370.
Pencarian di area seluas 60.000 kilometer persegi ini berawal dari data satelit tentang perubahan arah terbang pesawat dan perhitungan di lokasi mana pesawat tersebut akan kehabisan bahan bakar.
Para pejabat pemerintahan menduga ada serangan teroris atas pesawat ini, tetapi teori konspirasi merebak lebih kencang. Sampai ada puing pesawat tersebut bisa ditemukan, tak ada yang bisa memastikan apa yang terjadi dengan pesawat tersebut.
Malaysia Airlines MH17
Sebanyak 298 penumpang dan awak pesawat Malaysia Airlines berkode penerbangan MH17 tewas, ketika Boeing 777 tersebut ditembak jatuh di kawasan timur Ukraina pada 17 Juli 2014.
Saat insiden terjadi, pesawat tersebut sedang terbang dari Amsterdam, Belanda, menuju Kuala Lumpur, Malaysia. Penyelidik kecelakaan menyatakan pesawat itu dihantam objek dengan energi tinggi, yang menurut para pakar penerbangan konsisten dengan serangan misil.
Bongkah-bongkah serpihan pesawat dikirimkan ke Belanda menggunakan truk dan akan disusun ulang di sebuah hangar. Namun, tim internasional kesulitan mendatangi situs kecelakaan apalagi mendapatkan semua bukti yang tertinggal di lokasi itu. Masih ada enam korban yang belum bisa diidentifikasi.
Petinggi milisi pro-Rusia di Ukraina mengatakan kelompoknya telah menembak jatuh pesawat itu dengan misil dari darat ke udara, karena mengira pesawat itu adalah milik militer Ukraina. Namun, media Rusia menuding pesawat tempur Ukraina yang menembak jatuh pesawat itu.
Laporan akhir dari Dewan Keselamatan Belanda--yang memimpin tim penyelidik insiden ini--kemungkinan dapat menyibak salah satu skenario dari jatuhnya MH17, tetapi bisa jadi tak akan pernah tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut.
AirAsia QZ8501
Pesawat AirAsia Indonesia dengan 162 orang di dalamnya, sebagian besar adalah orang Indonesia, hilang kontak di atas Laut Jawa, melibatkan sejumlah kewarganegaraan asing di dalamnya, Minggu pagi.
Airbus A320-200 tersebut lepas landas dari Surabaya, Jawa Timur, dengan tujuan Singapura. AirAsia Indonesia menginduk ke perusahaan di Malaysia, yang dipimpin oleh pebisnis Malaysia Tony Fernandes.
Sebelum insiden ini, AirAsia termasuk salah satu penerbangan yang menawarkan tarif murah penerbangan tetapi aman. Perusahaan ini belum pernah kehilangan pesawat dan punya catatan keamanan penerbangan yang baik, sebelumnya.