TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penampilannya bisa dibilang nyentrik untuk sekelas pengusaha sukses Indonesia: sederhana, kemeja pendek, bersepatu pantopel dan bercelana pendek. Ya, celana pendek ciri khas Bob Sadino.
Pria dengan nama lengkap Bambang Mustari Sadino kelahiran Tanjung Karang, Bandar Lampung itu menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Pondok Indah pukul 18.05 WIB. Tahu kah kenapa Bob Sadino suka celana pendek?
Om Bob, biasa disapa, seorang pengusaha sukses di bidang pangan dan peternakan, pemilik jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Ia tak pernah merasa risih dengan penampilannya. Om Bob kerap berucap, "untung masih pakai celana.”
Harian Kompas pernah mewancarai Om Bob tentang rumahnya dan dipublikasikan, Minggu, 28 Maret 2010. Terselip dalam tulisan itu, alasan Om Bob sangat menikmati memakai celana pendek.
Pada tahun 1980-an, Om Bob tetap memakai celana pendek saat menerima kunjungan Presiden Soeharto ke kebunnya yang sekarang menjadi rumahnya.
"Bagi saya, pakaian adalah kepribadian. Soal tudingan bahwa celana pendek simbol tidak menghargai orang lain, itu sekali lagi hanyalah mindset orang kebanyakan. Saya pernah diusir dari Gedung DPR karena semata mengenakan celana pendek. Saya dituntut memakai celana panjang kalau mau masuk ke gedung rakyat itu. Oke, saya mau bertanya. Lebih baik mana, celana pendek tapi dibeli dengan uang sendiri atau celana panjang tetapi dibayar dengan uang rakyat? Ha-ha-ha,” kata Om Bob.
Bob Sadino lahir di tengah keluarga yang hidup berkecukupan. Bungsu dari lima bersaudara ini menerima seluruh warisan orangtuanya yang meninggal saat usia Om Bob masih 19 tahun, tersebab saudara kandungnya sudah mapan.
Sebagian hartanya Om Bob habiskan untuk berkeliling dunia. Ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih sembilan tahun dan bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam, juga di Hamburg, Jerman. Di Belanda, Om Bob bertemu pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta dua Mercedes Benz miliknya buatan tahun 60-an. Ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan.
Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Om Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.