TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) telah berlangsung selama 100 hari.
Publik mulai menilai kinerja Jokowi-JK, apakah sesuai dengan janji kampanyenya yang mendengung-dengungkan konsep Nawacita atau tidak.
Peneliti senior Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan terlalu pagi untuk menilai keberhasilan pemerintahan Jokowi-JK dalam 100 hari ini.
Bahkan, kata dia, masa kerja yang berlangsung selama tiga bulan sepuluh hari tersebut merupakan waktu untuk konsolidasi dan merancang kebijakan.
Meski begitu, Karyono menyebutkan beberapa persoalan harus diselesaikan oleh mantan Walikota DKI Jakarta itu.
Menurutnya, sebagai presiden tentu saja Jokowi sedang dihadapkan kepada kepentingan partai politik yang krusial.
Akibatnya, Jokowi tersandera oleh partai koalisinya sendiri. Pasalnya, ada anggota kabinet (menteri) yang tidak loyal ke presiden.
"Jokowi saat ini tersandera. Ada sejumlah tokoh yang tidal loyal ke presiden, tetapi loyal ke patronnya. Dalam kabinet kerja, tidak terbangun sinergitas dikarenakan ada kepentingan-kepentingan," kata Karyono dalam diskusi yang bertajuk "100 Hari Pemerintahan Jokowi - JK, Antara Harapan dan Kenyataan" di Gedung Juang, Jakarta, Kamis (29/1/2015).
Karyono juga mengingatkan, menteri-menteri dalam Kabinet Kerja harus dibekali tentang kesamaan prinsip untuk menjalankan program Nawacita.
Hal ini perlu dilakukan karena menteri-menteri lebih tunduk dan loyal kepada pimpinan partai pengusungnya.
"Kalau enggga punya power juga susah dan ini ada patron," ucap Karyono.