TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesiapan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menjadi juru islah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diprediksi tidak akan berhasil. Alasannya, Said Aqil selama ini tidak punya sejarah kedekatan dengan PPP dan terindikasi memiliki kedekatan dengan Djan Faridz.
Peneliti Forum Kajian Islam dan Politik UIN Sunan Kalijaga Muhammad Affan berpendapat, untuk menjadi mediator islah harus berada pada posisi netral tidak ada keinginan memenangkan salah satu pihak.
Jika sudah memihak bahkan memiliki kedekatan dengan salah satu pihak, maka upayanya akan sia-sia.
"Kalau sedari awal sudah ada kedekatan dengan salah satu pihak, dan ingin memenangkan satu pihak, itu bukan juru islah tapi tim sukses," kata Affan saat dihubungi, Rabu (4/2/2015).
Selain itu, lanjut dia, selama ini Said Aqil identik dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Karena itu, dia memprediksi sulit sekali Said Aqil diterima di PPP. Belum lagi kedekatan Said Aqil dengan Djan Faridz akan menjadi catatan tersendiri.
"Djan Faridz itu jadi pengurus PBNU, jadi semua pahamlah. Padahal, Romi (Romahurmuziy) itu cicit pendiri NU," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris DPW PPP Aceh Tgk. M. Amri Ali menyatakan, Said Aqil sulit diterima menjadi juru islah di PPP. Sebab, setiap diundang acara resmi PPP, Said Aqil tidak pernah hadir. "Pada Mukernas I bahkan diundang sebagai pemateri, tapi tidak mau hadir," kata Amri.
Begitupun pada perhelatan Mukernas II, Mukernas III dan Muktamar VIII, Said Aqil tak pernah menghadiri undangan. Dia mengingatkan, bahwa di PPP tidak hanya NU tapi juga ada unsur Parmusi, SI dan PERTI.
"Jadi jangan karena mas Romi dan Djan Faridz sama-sama NU, lalu Said Aqil merasa bisa menyelesaikan kemelut di PPP. Ingat, kader PPP yang hadir ke acara PBNU itu bukan melihat Pak Said-nya, tapi karena organisasinya," sindir Amri.