Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belasan tokoh lintas agama di Indonesia menggelar doa bersama di pelataran gedung KPK agar konflik yang melibatkan dua institusi penegak hukum KPK dan Polisi segera berakhir.
Seorang tokoh Syiah, Oase, mengatakan tokoh agama tidak memiliki senjata atau pun senapan mesin untuk melawan. Yang dimiliki tokoh agama hanya lah doa. "Senjata kita cukup doa dan perjuangan," katanya, Jumat (6/2/2015).
Tokoh Katolik, Romo Harry, mengatakan, KPK sebagai simbol lembaga yang memberantas korupsi harus dijaga dan diselamatkan, sementara kepolisian merupakan simbol keamanan negara.
Untuk itu, Harry mengharapkan Presiden Joko Widodo segera mengambil tindakan yang cepat untuk menyelamatkan kedua institusi tersebut. Jangan sampai kisruh dua lembaga tersebut tak berlarut-larut.
"Semoga Presiden Joko Widodo bisa mengambil tindakan cerdas dan cepat dari berbagai kerusakan moral. Karena saat ini situasi yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar," kata dia.
Harry berharap polisi dan KPK dapat menghadapi segala macam cobaan dan dapat menguatkan bangsa Indonesia. "Cobaan ini tidak akan menghancurkan polisi, dan KPK, tetapi justru menguatkan bangsa Indonesia," harapnya.
Selain Harry dan Ahmad Suaedy sejumlah tokoh agama lain turut hadir dalam doa bersama tersebut. Antara lain tokoh Sikh Ben Rahal, Zafrullah Pontoh dari Ahmadiyah, Emilia dari Syiah, tokoh Bahai Sheila Soraya, Herlianto Widagdo dari Khong Hu Cu, Jo Priastana dari Budha, tokoh Kristen Pendeta albertus patty, dan Pater Matteo dari Katolik, serta Suryanandar yang mewakili Taoisme. Selain itu, hadir juga putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Alissa Qotrunnada Munawaroh Rahman atau yang dikenal Alissa Wahid.