TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Umat Islam diturunkan ke muka bumi tak hanya membawa doktrin aqidah dan syariah. Sehingga penganutnya harus juga menguasai ilmu pengetahuan terutama bidang agama. Umat yang berilmu tidak dengan mudah melabelkan bid'ah kepada orang lain.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, pentingnya umat Islam menguasai berbagai ilmu pengetahuan, terutama bidang agama. Hal tersebut mengaca pada fenomena radikalisasi di mana para penyokongnya dengan mudah menuduh keislaman orang lain.
Dalam rilis yang diterima Tribunnews.com di Jakarta, Senin (23/2/2015), Kiai Said menekankan, dalam konteks kekinian, untuk bisa memahami ilmu agama dengan benar umat Islam tidak cukup hanya berpegangan pada Alquran dan hadist.
“Alquran menegaskan kebenaran ada pada orang-orang berilmu, yaitu ulama. Tidak bisa kita ber-Islam dengan baik jika acuannya hanya Alquran dan hadist. Dibutuhkan pemikiran-pemikiran ulama, yaitu ijma’ dan qiyas, agar kita bisa benar dalam menjalankan perintah agama,” tegas Kiai Said.
Profesor di bidang ilmu tasawuf tersebut juga mengungkapkan, radikalisme yang belakangan marak terjadi di Indonesia adalah sebagian contoh akibat keengganan mempelajari ilmu agama dengan baik dan benar.
“Baru beberapa hari ikut kilatan (pesantren kilat, red), pulang-pulang sudah pandai membid’ahkan kelompok lain, mengkafirkan, bahkan tega mengebom. Jadi mereka pelaku pengeboman itu contoh yang tidak mau ikut ulama, tidak ikut Imam Syafi’i, tapi ikut Imam Samudra,” terang Kiai Said.
Untuk bisa membendung radikalisme di tengah masyarakat, umat Islam, khususnya warga NU, diminta terus membumikan ajaran Islam ahlussunah wal jamaah, Islam yang mengedepankan sikap tasamuh, tawasuth, tawazun, dan i’tidal.
"Untuk bisa bersikap moderat tidak gampang. Tidak mudah menerapkan sikap tasamuh, tawasuth, tawazun, dan i’tidal. Oleh karena itu tradisi-tradisi ke-NU-an harus tetap dilestarikan, agar sikap-sikap khas NU itu dengan sendirinya menjadi bagian dalam keseharian kita,” paparnya.