TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam konsolidasi pemenangan Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) di Yogyakarta, Rabu (25/2), mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir menyebutkan penyebab suara PAN anjlok, karena berada di bawah bayang-bayang partai lain
Sejumlah kader partai berlambang matahari ini membantah hal tersebut. Ketua DPP PAN Tjatur Sapto Edy, mengatakan, pernyataan SB ini ditujukan kepada Hatta yang memiliki kedekatan hubungan dengan Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Itu namanya serangan membabi buta, tidak pakai data dan sejarah keikutsertaan PAN di Pemilu. Mungkin Pak SB lupa, berada di bawah kepemimpinan siapa PAN memperoleh suara terendah dalam Pemilu," kata Tjatur kepada wartawan, Kamis (26/2/2015).
Menurutnya, setidaknya ada dua fakta yang menunjukkan PAN tidak berada di bawah bayang-bayang partai lain, khususnya PD.
"Pertama, pada Pemilu 2009, perolehan suara PD naik tajam hingga 156,1 persen dan pada 2014 turun tajam 41,3 persen. Sementara pada PAN justeru sebaliknya. Pada Pemilu 2009 suara PAN mengalami penurunan tajam 14,4 persen, dan pada 2014 naik meningkat drastis 53 persen," katanya.
Lebih lanjut dikatakan Tjatur, seandainya PAN menjadi subordinat atau bayang-bayang Demokrat, seharusnya ada korelasi dalam Pemilu.
"Nyatanya, saat PD naik, PAN malah turun. Begitu juga ketika PD turun, PAN justeru naik tajam," ujarnya.
Selain itu Tjatur menyebutkan, pada pemilihan Ketua MPR yang sejatinya menjadi ‘jatah’ PD, karena jumlah kursinya yang lebih banyak dari PAN, namun ternyata berkat lobi politik yang sangat baik dari Hatta Rajasa, akhirnya Zulkifli Hasan yang terpilih.
"Harus Pak SB dan Pak Zul melihat itu. Jangan asal menyerang demi memenangkan kongres," katanya.