TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Lembaga Studi Indonesia Damai (LSID), Abdullah Taruna optimistis pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan melanjutkan cita-cita reformasi di Indonesia. Sebab, Jokowi selama ini kerap mendengar masukan masyarakat, dan belum memasuki dunia kemapanan.
"Selama tidak ada pelanggaran untuk Nawa Cita yang dijadikan pegangan oleh Jokowi-JK, saya masih optimis dengan pengawasan gerakan ekstra parlementer mereka bisa memenuhi harapan," ujar Abdullah yang juga Aktivis Forum Kota (Forkot) dan Front Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (Famred) saat Livechat di Newsroom Tribun, Jakarta, Kamis (21/5/2015).
Menurutnya, duet Jokowi dan JK perlu diawasi lantaran mereka ada demi rakyat, dan bukan sebaliknya. Selama pemerintahan tidak mampu mewujudkan kemandirian politik, ekonomi dan kebudayaan, maka dampaknya akan dirasakan masyarakat secara langsung.
"Jokowi-JK juga manusia biasa, lumrah bisa saja melakukan kesalahan. Orang-orang yang mendukungnya harus tetap mengawasi," ungkapnya.
Untuk diketahui, 1.000 relawan berkumpul untuk merefleksikan gerakan reformasi 1998. Serta menegaskan dukungannya untuk presiden Jokowi.
Jokowi dinilai sebagai anak kandung reformasi menjadi alasan mereka menggelar momentum tersebut. Sebab, Jokowi sebagai presiden ke-7 RI telah dipilih langsung oleh rakyatnya dalam era reformasi ini.
"Kegiatan ini latang belakangnya soal mementum 17 tahun reformasi yang jatuh pada tanggal 21 Mei ini," ujar Ketua panitia bersama peringatan 17 tahun reformasi Hendrik Sirait.