Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan masih terbelah dua soal kepengursan: versi Muktamar Surabaya pimpinan Romahurmuziy dan versi Muktamar Jakarta pimpinan Djan Faridz. Djan mengaku sudah tak tahu cara untuk menyadarkan Romahurmuziy atau Romu.
Ia mengklaim Muktamar Jakarta yang memutuskan dirinya sebagai ketua umum PPP paling sah. Sementara Muktamar Surabaya yang memilih Romahurmuzy sebagai ketua umum PPP dinilai Djan sebagai muktamar palsu.
Romy disebut Djan sudah melawan hukum dengan terus mengaku sebagai ketua umum DPP PPP. Karena perbuatannya, Djan akan melaporkan Romy ke Bareskrim Mabes Polri.
"Biar bagaimana pun beliau saudara kita. Kita ingin dia sadar. Kalau tidak mau, ya mau bagaimana lagi," kata Djan ditemui wartawan di DPP PPP, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/6/2015).
Djan mengumpamakan Romy sebagai anak yang tidak mau menurut perkataan orangtua. Ketika anak tersebut membandel, tindakan pertama adalah memperingatinya dengan perkataan. Ketika peringatan tak cukup, diperlukan tindakan lebih serius.
Mantan Menteri Perumahan Rakyat itu mustahil menerima tawaran islah dari Romy. Ia tidak terima karena dalam tawaran itu Romy meminta agar Djan mundur sebagia ketua umum DPP PPP.