Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Televisi sebagai media pembentukan mental masyarakat kehilangan fungsi edukatifnya. Program tayangan televisi dewasa ini lebih banyak merusak mental penonton, terutama anak-anak.
"Bagi saya yang merusak itu televisi. Khususnya, program acara seperti infotainment dan sinetron," ucap psikolog kebangsaan Imam Ratrioso saat diskusi 'Revolusi Mental' di kantor Tribunnews.com, Kamis (04/06/2015) sore.
Dalam sejarah, media cukup berperan membentuk mental massa. Tengok saja bagaiamana pemimpin Nazi, Adolf Hitler, menggairahkan semangat bangsa Jerman lewat propaganda melalui media. Tak heran, media dianggap sebagai pendidik massa.
"Sekarang, coba lihat apa yang disajikan televisi? Apa ada yang bisa dijadikan pembelajaran bagi anak-anak kita? Tidak ada," imbuhnya.
Imam menyesalkan begitu banyak acara televisi tak mencerdaskan bangsa bermunculan hanya karena banyak penontonnya. Ia menyayangkan perusahaan televisi masih bergantung penuh pada pasar dan mementingkan keuntungan.
"Nah, itu seperti yang saya bilang tadi, masih bermental 'wani piro' (berani bayar berapa)," ujarnya. Pendek kata, televisi tak sekadar memberikan tontonan tapi juga tuntunan.
Ia mengusulkan, televisi harus teguh sebagai pendidik massa dan bertanggung jawab membangun mental penonton dan mencerdaskan mereka lewat tayangan-tayangan yang berbobot.
"Tinggal memperbanyak (acara televisi) alternatif yang lebih baik. Karena masih sedikit sekali acara televisi yang bermutu. Ini diperbanyak supaya bisa mengalahkan (acara televisi) yang kurang baik," jelasnya.