Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi VII Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan Aparatur (Kominfotur) Agus Barnas mengaku pihaknya baru tahu soal dua pilot terduga simpatisan ISIS.
Ditemui oleh Australian Associated Press (AAP) Jumat (10/7/2015), ia mengatakan bahwa pihak AFP tidak membagikan info terkait kedua pilot itu pada mereka.
"Kami baru tahu ini Kamis (9/7/2015)," katanya.
Akibatnya, dua pilot itu tidak menjadi bahan pantauan pihaknya, yang mengaku sudah sempat tahu risiko radikalisasi ekstremis yang dapat mempengaruhi pilot-pilot Indonesia.
Di lain sisi, kantor berita Deutsche Welle juga pernah melansir pernyataan AFP soal laporan tersebut, yang sempat menyatakan pihaknya tidak ingin berkomentar terkait hal itu.
"AFP selalu menjalin hubungan erat dengan mitra penegak hukum domestik dan asing, demi menjamin keamanan warga Australia yang berdomisili di Australia dan luar negeri," demikian pernyataannya.
Menurut 9news.com.au, Indonesia dan Australia memang sudah melakukan kerjasama di bidang intelijen pada Agustus 2014 lalu, demi meningkatkan pembagian info terkait pengusutan intelijen.
Sedangkan, Australia memang terlihat kerap menanggapi aksi radikal terkait Islam, terutama ISIS, sangat keras dan tegas.
Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Tony Abbott pernah menyatakan bahwa pemerintah akan tetap memberlakukan sanksi hukum pada WN Australia yang bergabung dengan ISIS namun ingin kembali ke Australia, meski orang tersebut sudah mengaku khilaf.