TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Neta S Pane mengatakan kasus pembakaran masjid di KabupatenTolikara, Papua saat umat Islam sedang menjalankan ibadah salat Idul Fitiri merupakan tindakan keji.
Menurut Ketua Presidium Indonesian Police Watch, Neta, tindakan itu semata-mata bukan sekedar masalah pertikaian antar kelompok, tapi ada tujuan lain yang lebih besar yang ingin ditunjukkan para pelaku.
“Lagi salat Idul Fitri, masjid yang sedang digunakan dibakar, ini tindakan keji, tapi IPW melihat ini tidak hanya sekedar pertikaian antara kelompok, tapi lebih dari itu, perbuatan ini sengaja dilakukan untuk mempermalukan Jokowi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu,” ujar Neta kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (18/7/2015).
Menurutnya kelompok itu sengaja mengacak-acak Papua karena beberapa alasan. Yang pertama adalah kedekatan Jokowi dengan Papua.
Jokowi merasa dekat yang dibuktikan dengan kedatangan Jokowi beberapa kali ke Papua. Istri Jokowi yang bernama Iriani menurutnya memiliki sejarah juga dengan Papua.
“Bapaknya Iriani adalah salah satu orang yang ikut dalam operasi Mandala dan Iriani dilahirkan ketika bapaknya sedang bertugas di sana, makanya dia dinamakan Iriani, yang diambil dari nama Irian Jaya, nama Papua di era setelah perang kemerdekaan. Pembakaran masjid tentunya akan mempertaruhkan citra Jokowi,” kata Neta.
Tidak cukup itu saja menurut Neta, kejadian di Papua yang berada di Ujung Timur Indonesia ini bertepatan dengan kehadiran Jokowi di Aceh yang terletak di Ujung Barat Indonesia.
”Jokowi lagi berada di ujung barat Indonesia, kejadian di ujung timur Indonesia. Jadi ini bukan masalah keamanan tapi ada kelompok yang ingin situasi memanas dengan mempermalukan Jokowi,” katanya.
Dia pun mempertanyakan kenapa BIN dan jajaran Polda Papua tidak bisa mengantisipasi peristiwa ini padahal selama ini BIN memiliki rekord yang baik di Papua.
Neta S Pane
”Tapi kok sekarang kenapa bobol? Padahal surat edaran yang berbau SARA sudah beredar beberapa hari sebelumnya. Kenapa BIN tidak berkoordinasi dengan Polda sana? Dan kenapa tidak ada reaksi saat surat edaran bermasalah itu keluar?,” ujarnya.
“Atau memang sudah berkoordinasi tapi karena Kapoldanya Irjen (Pol) Yotje Mende sibuk ikut ujian fit and proper test pimpinan KPK jadi lalai dengan tugasnya sebagai kapolda? Dan jadinya seperti meninggalkan tugas? Kalau begini, lebih baik Yotje mundur dari pencalonan pimpinan KPK saja,” katanya.