TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada malam minggu yang cerah, 1 Agustus 2015, pembukaan Muktamar KE-33 Nahdlatul Ulama (NU) digelar di alun-alun kota Jombang, Jawa Timur.
Ribuan orang memadati alun-alun dengan beberapa memakai kostum khas Nahdiyin. Berjas tapi bersarung. Berkemeja batik tapi bersarung. Apapun atasannya, bawahnya bersarung.
Perhelatan akbar 5 tahun sekali ini, dibuka secara resmi oleh Presiden Jokowi. Di antara para tokoh, kyai dan menteri, terlihat hadir juga Grave Natalie ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Ketika ditanya apa pentingnya acara ini bagi Grace dan PSI, Grace menjawab,"Saya merasa ingin hadir di acara ini karena NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia".
Grace juga melihat banyak gagasan NU yang sejalan dengan PSI. "Kami mendukung NU akan gagasannya tentang moderasi, toleransi, rekonsiliasi, dan menjaga kebhinekaan. Inilah antara lain yang menjadi pondasi kebangsaan kita," ujar Grace, Minggu (2/8/2015).
Grace berharap Muktamar sebagai forum tertinggi NU dapat menghasilkan keputusan-keputusan strategis yang berpihak pada kepentingan publik dan etika publik, antara lain memilih pemimpin yang anti korupsi.
"Saya setuju dengan pidato Kyai Said Agil Siradj bahwa inti agama adalah akhlak, moral atau etika. Tentu moral yang dimaknai secara luas," tutur Grace.
Akhlak lanjut Grace, dalam jangka waktu dekat dapat dipraktikan dalam pelaksanaan pilkada serentak, misalkan.
"Kami berharap dengan jaringan NU yang luas bisa mendorong pelaksanaan Pilkada yang bersih, dan NU bisa terlibat dalam pendidikan pemilih agar terpilih pemimpin yang berpihak pada rakyat," pungkas Grace.