TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Andi Wahyudi, diduga pelaku yang menghabisi nyawa Asisten Pribadi Presdir XL, Hayriantira ternyata paham betul seluk beluk kota Garut.
Ia mengaku mengetahui banyak tempat-tempat penginapan di Garut yang memiliki fasilitas pemandian air panas.
"Saya sudah sering kesana (Garut). Saya tahu juga kalau air di hotel-hotel disana memang berair panas," kata Andi, Jumat(7/8/2015).
Dalam peristiwa pembunuhan itu, diketahui Andi mengajak Hayriantira pergi ke Garut untuk membeli jaket kulit khas Garut di kawasan Sukaregang.
Hayriantira bahkan mengajukan cuti ke kantornya lalu membawa setumpuk baju serta menitipkan anaknya ke mantan suaminya.
Sedangkan Andi berbuat sebaliknya. Dia justru tak membawa pakaian ganti, tak bawa handuk, bahkan tak ijin ke istrinya bahwa akan pergi bersama Hayriantira.
Padahal, Andi mengaku hubungannya dengan Hayriantira hanya sebatas teman dan rekan bisnis. Dan istrinya tahu hubungan mereka.
Makanya, para penyidik Polisi mencurigai bahwa Andi memang sudah merencanakan pembunuhan itu.
Dia diduga sengaja membawa korban ke Garut, ke lokasi pemandian air panas yang ia ketahui agar mudah untuk merusak jenazah korban.
Seperti diketahui, Andi membunuh Hayriantira dengan membekapnya di kasur. Lalu kemudian Ia lucuti seluruh pakaian Hayriantira, lalu memasukkannya ke bak mandi air panas. Akibatnya, dalam sehari saja jenazah Hayriantira rusak.
Kemudian pakaian dan ponsel korban, oleh Andi dibuang ke Halte di Terminal Guntur Garut. Dia mengaku mengetahui terminal itu dari aplikasi Wazze.
Dari tanda-tanda itu, salah satu penyidik kasus ini menyebut bahwa Ada dua hal yang Andi perlihatkan.
Pertama Dia sudah tahu situasi Garut jauh sebelum mengajak Hayriantira kesitu. Termasuk hotel-hotel berair panas yang kemudian dipakai untuk menyamarkan identitas korban.
Kedua, ujar seorang penyidik, Andi tak berni‎at menginap, padahal Hayriantira yang diajaknya menyiapkan diri untuk menginap. Artinya Andi sejak awal memang sudah berniat pulang cepat.Apalagi Dia tak bilang ke istrinya akan pergi ke luar kota. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)