TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Negara Indonesia menganugerahi Tanda Kehormatan Republik Indonesia kepada sejumlah tokoh, yang langsung diberikan Presiden Jokowi, dalam rangkaian kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Kemerdekaan RI (Kamis, 13/8/2015).
Di antara tokoh yang mendapat tanda kehormatan itu adalah politikus senior Sabam Sirait. Sabam dianugerahi Bintang Mahaputera Utama. Pria Kelahiran 13 Oktober 1936 ini merupakan tokoh politik senior, yang sudah bermetamorfosis menjadi seorang negarawan.
Sabam mengungkapkan terimakasih kepada negara, dan juga kepada pemerintahan Jokowi. Sabam berharap tanda kehormatan ini memang benar-benar dilakukan melalui penelitian yang mendalam.
"Sebagai aktivis dan politisi, saya berterimakasih pada negara," kata Sabam, yang merupakan salah seorang pendiri PDI pada tahun 1973, kata Sabam.
Sabam kemudian mengimbau kepada Presiden Jokowi untujujur dan bekerjakeras dalan menjalankan roda pemerintahan. Sabam mengaku mengenal Jokowi sebagai sosok yang bersih.
Terkait dengan kondisi negara saat ini, Sabam meminta agar pembangunan di Papua dan Aceh tidak boleh terlupakan. Pembangunan itu harus merata sehingga tujuan bernegara, yaitu kesejahteraan rakyat, bisa benar-benar tercapai.
Sabam Sirait, termasuk salah seorang nama besar dalam gelanggang politik Indonesia.
Sabam adalah politisi yang mengalami masa pemerintahan tujuh Presiden; dari mulai Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarmoputri, Susilo Bambang Yudhoyono dan kini Joko Widodo.
Di masa pemerintahan Soekarno, sebagai aktivis mahasiswa, Sabam sudah sering menyampaikan gagasan-gagasan, bahkan dalam forum-forum mahasiswa internasional.
Di era pemerintahan Soeharto, Sabam dikenal sebagai politisi berani, kritis, namun di saat yang sama santun dalam bergaul.
Sabam, yang pernah dianugerahi Bapak Demokrasi Bangsa, dikenal juga sebagai pejuang dalam hal menegakkan demokrasi di Indonesia. Sabam pun dinilai sebagai teladan baik bagi politisi dari ragam regenerasi.
Mengabdi sebagai anggota DPR selama 27 tahun dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) selama 10 tahun, Sabam meninggalkan jejak pengalaman yang panjang. Sabam mengajarkan bahwa politik bukan semata menjadi alat untuk mencapai kursi kekuasan, melainkan juga menjadi medium perjuangan untuk kesejahteraan rakyat.
Selain Sabam, ada 17 penerima Bintang Mahaputra Utama. Diantaranya, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, filusuf dan budayawan Franz Magnis Suseno, serta pengembang budaya moderat yang juga mantan Rektor IAIN Jakarta Harun Nasution.
Berdasarkan UU 20/2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, disebutkan bahwa tujuan untuk tanda kehormatan ini adalah untuk memberi kehormatan tinggi kepada mereka yang berjasa luar biasa guna keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan Bangsa dan Negara.
Di antara syarat penerima tanda kehormatan adalah seseorang yang berjuang di wilayah NKRI, memiliki integritas moral dan keteladanan, berjasa terhadap bangsa dan negara, berkelakuan baik, setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara.
Selain itu, Sabam juga berjasa luar biasa di berbagai bidang yang bermanfaat bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa dan negara.
Selain itu pengabdian dan pengorbanannya di bidang sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan beberapa bidang lain yang besar manfaatnya bagi bangsa dan negara; dan atau darma bakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional dan internasional.