Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pegiat antidiskriminasi Denny JA membuat puisi menyambut 70 tahun kemerdekaan Indonesia. Bos Lingkaran Survei Indonesia itu membuat puisi esai disertai data statistik.
Dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Minggu (16/8/2015), menurut Denny, untuk masalah toleransi agama, Indonesia termasuk dalam top tujuh terburuk dunia bersama Mesir, Burma dan Rusia. Datanya dari PEW Research Center, 2014.
Untuk korupsi, Indonesia juga termasuk buruk, terpuruk di rangking 107 dunia. Indonesia kalah bersih soal korupsi dari Malaysia apalagi Singapura. Data diambil dari Transparency International pada 2014.
Untuk indeks hidup bahagia, Indonesia juga tertinggal jauh. Rangking Indonesia jauh di no 76. Penduduk indonesia kalah dalam indeks bahagia dibandingkan penduduk Vitnam atau Rusia. Data diambil dari SDSN tahun 2015.
Untuk GDP per kapita, Indonesia juga masih tergolong miskin di dunia, no 102, kalah dari Thailand, apalagi Singapura. Data diambil dari WEOD, 2014.
Dalam puisi itu dikisahkan guru agama kebingungan. Ia harus menceritakan apa kepada muridnya, jika pemimpin amanah, tapi korupsi merajalela. Jika keberagaman dilindungi, tingkat diskriminasinya paling tinggi.
Sebagai guru agama, ia harus terus mendidik muridnya mencintai negaranya. Walau sang guru sering merasa ditipu daya oleh penguasa. Berikut puisi esai Denny:
70 Tahun Merdeka
Sambil hormat bendera
Dalam upacara di sekolah
Peringatan 70 tahun merdeka
Pak Hamid meneteskan air mata
Jelas ia cinta ini negara
Ia ingin bangga
Namun berita itu membuatnya duka
Apalagi ia guru agama
Masih terngiang cerita tetangga
Seorang dosen kampus sebelah
Indonesia kini terburuk di dunia
Tak melindungi keberagaman warga
Dosen itu memaparkan data
Pew Research Center nama itu lembaga
Tahun 2014 publikasinya
Toleransi dan diskriminasi isunya
Dari hampir 200 negara
Indonesia termasuk 7 terburuk dunia
Bersama Burma dan Rusia
Oh.. celaka
Apa yang harus ia sampaikan pada muridnya?
Bukankah berbohong itu dosa?
Selama ini diceritakannya
Keberagaman dilindungi Pancasila
Tapi kini kenyataannya sungguh beda
Pemerintah terkesan tak berdaya
Kelompok itu seganas buaya
Mengganyang mereka yang beda
Ada yang diusir dari tanahnya sendiri
Tahunan sudah menjadi pengungsi
Ada yang dilarang berdoa
Di rumah ibadah yang mereka punya
Dimanakah arti 70 tahun merdeka?
Bagi mereka yang punya keyakinan beda?
Apakah arti 17 tahun reformasi?
Bagi mereka yang dipaksa mengungsi?
Bendera terus berkibar
upacara terus digelar
Sambil hormat bendera
Pak Hamid tak bisa menahan air mata
Tergiang kembali ucapan ia punya saudara
Seorang aktivis usia muda
Bertubi data sang aktivis beri
Mendengarnya, Pak Hamid perih
ujar aktivis itu:
"Korupsi di Indonesia meraja lela
Kita termasuk yang buruk di dunia
Kalah dengan Malaysia
Apalagi Singapura 107 rangkingnya di dunia"
"Ekonomi Indonesia porak-poranda. Kita termasuk miskin di dunia Kalah dengan Thailand dan Turki 102 rankingnya di dunia kini"
"Indonesia tak membuat warganya bahagia
Kalah dengan Vitnam dan India
76 rangkingnya di dunia
Apa yang dapat dibangga?"
Aktivis itu sodorkan sumber berita
Semua hasil riset lembaga terkemuka
SDSN untuk indeks bahagia
TI untuk tingkat korupsi dunia
WEOD untuk ekonomi punya data
"Oh celaka..
Ujar pak Hamid guru agama
Apa yang harus ia ceritakan pada muridnya
Bukankah tak jujur itu dosa?"
Di kelas selalu dikisahkannya
Pemimpin negeri ini sangatlah amanah
Rakyatnya mudah senyum pertanda ramah
Ini tanah yang kaya raya
Tongkat dan batu ditanam jadi permata
Apa yang harus ia katakan
Ketika muridnya menyerbu dengan pertanyaan?
Jika pemimpin amanah,
mengapa korupsi meraja-lela?
Jika tanahnya kaya,
Mengapa ekonomi porak poranda?
Jika rakyatnya ramah,
Mengapa indeks bahagianya rendah?
Jika keberagaman dilindungi,
Mengapa terburuk soal toleransi?
"Oh.. celaka,"
Ujar Hamid, guru agama
Ia terus hormat bendera
Hidmat ia ikuti itu upacara
Walau tak bisa ia tahan itu air mata
Ditekadkannya di hati
Ia tetap cinta ini negeri
Apapun yang terjadi
Dididik murid untuk hormat ibu pertiwi
Ia tak punya kuasa
Tak bisa mengubah dunia
Tapi ia punya cinta
Tak peduli sekecil apa
Untuk ikut cerdaskan bangsa
Demikianlah kisah pak Hamid yang tua
30 tahun jadi guru agama
70 tahun sudah Indonesia merdeka
Walau berduka
Ia tetap ingin majukan bangsa
Karena ia cinta negarakah?
Karena ia pembela bangsakah?
Ia tak tahu pasti
Tak mengerti rahasia hati
Ia hanya ingin mengabdi saja
Sekecil apapun untuk Indonesia
Walau ia sering ditipu daya
oleh ini para penguasa negara