TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat penerbangan yang juga bekas Kepala Staf Angkatan Udara, Chappy Hakim melihat kurangnya pengawasan menjadi salah satu penyebab jatuhnya pesawat Trigana Air di Gunung Tangok, Kabupaten Pegunungan Bintang Papua, Minggu (16/8/2015).
Apalagi, menurut Cappy, belum sepekan kecelakaan pesawat di wilayah itu. Tepatnya Rabu (12/8/2015) sebuah pesawat PAC 750 XL PK KIG Komala Air, milik PT Komala Indonesia, yang lepas landas dari Bandara Wamena, pukul 8.05 WIT, mengalami kecelakaan di ujung landasan Ninia, Kabupaten Yakuhimo, Papua.
"Tragis terjadi kecelakaan pesawat terbang yang hanya berselang empat hari saja. Itu berarti pengawasannya lemah. Memang kita kurang inspektor. Sudah jelas ada kecelakaan tanggal 12 Agustus, ini malah terjadi lagi kecelakaan tanggal 16 Agustus. Kalau ada kecelakaan langkah seharusnya diberikan perhatian dan pengawasan. Memang kita belum tahu penyebabnya karena kotak hitam baru ditemukan. Paling tidak ada upaya yang lebih ketat pengawasannya," ungkap Managan KSAU ini melalui sambungan telepon kepada Tribun, Selasa (18/8/2015).
Chappy pun membuktikan bahwa kurangnya pengawasan itu terjadi selama ini di dunia penerbangan nasional. Dalam kurun 5-10 tahun ini, di SHIA (Soekarno Hatta International Airport) terjadi kelebihan kapasitas sampai tiga kali lipat.
"Yang terjadi tenaga pengawas penerbangan punya tugas dan beban yang over. Itu yang terjadi di Jakarta. Kalau begitu bagaimana lagi di daerah dan Papua," jelasnya.
"Contoh besar dan gamblang dari kecerobohan fatal ini adalah satu hal yang terjadi di Ibukota Negara, di depan mata penyelenggara Negara. Kecerobohan fatal yang luput dari perhatian, apalagi dalam konteks pengawasan. Sehingga dengan demikian maka wajar sekali apa yang terjadi di Papua nun jauh disana, akan sulit sekali berada dalam perhatian dan atau pengawasan yang seharusnya dilakukan," tambahnya.
Karena itu, Chappy ingatkan seberapa banyak dan sedikitnya kecelakaan yang terjadi tentu saja juga akan berhubungan langsung dengan seberapa besar pembiaran kesalahan yang dilakukan. Gambaran dari hal ini dapat terlihat dalam presentasi kecelakaan yang terjadi di satu Negara yang pasti akan berhubungan langsung dengan seberapa besar derajat pengawasan yang dilaksanakannya.
Lebih lanjut menurut Chappy, kualitas rendah dari manajemen penerbangan nasional telah menghasilkan keadaan seperti sekarang ini dengan dua hal yang sangat serius yaitu kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) penerbangan maupun pengawasan dan ketertinggalan infrastruktur pendukung operasi penerbangan.
Karena itu kata dia, perlu sikap serta tindakan untuk segera berbenah diri dalam mempersiapkan SDM dan infrastruktur yang sangat dibutuhkan dalam menciptakan keamanan dan keselamatan di dunia penerbangan.
Menurut Chappy, dua kecelakaan pesawat di Papua dalam waktu yang hanya beberapa hari minggu lalu itu, hanyalah sekedar satu refleksi dari tingkat keamanan dan keselamatan terbang di negeri ini.