Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suasana rumah di ujung Gang Ambon RT 02/05, Desa Kadu Jaya, Curug Banten diselimuti duka. Setiap orang yang keluar dari rumah dua tingkat dan dikelilingi benteng kurang dari dua meter tersebut, bermata sembab.
Di pelataran depan rumah berdiri tenda putih dengan puluhan kursi yang berjejer. Terdapat lima karangan bunga ucapan duka cita yang salah satunya berasal dari perusahaan maskapai Trigana Air.
Rumah tersebut merupakan kediaman Kapten Hasanuddin, pilot Trigana PK-YRN yang hilang kontak dan diduga menghujam bumi, Minggu (16/8/2015) sore, di Distrik Okbape, Pegunungan Bintang, Papua.
Tidak ada satupun dari keluarga yang memiliki firasat akan kehilangan Hasanuddin untuk selamanya. Salah satunya Novi Ardhiani (34), satu dari tiga anak almarhum Hasanuddin. Menurutnya tidak ada tanda atau keganjilan dari tingkah ayahnya tersebut menjelang berangkat kerja ke Papua.
"Tidak ada, baik saya, ibu maupun kedua adik saya," ujar Novi.
Komunikasi terakhir dengan ayahnya tersebut menurut Novi dilakukan beberapa jam sebelum pesawat hilang kontak. Sang ayah mengirimkan pesan singkat (BBM) menanyakan apakah sudah sampai di rumah atau belum. Lantaran tidak memiliki firasat apapun, Novi pun membalas pesan tersebut seperti biasa. Menjadi kebiasaan Novi dan kedua adiknya, menjenguk orang tua setiap akhir pekan.
"Saya kan tinggal di Karawaci, setiap akhir pekan saya selalu main ke sini (rumah Hasanuddin), dan dia menanyakan apakah saya sudah ke rumah atau belum," papar Novi.
Tak disangka BBM dari sang ayah yang dikirimkan pada Minggu pukul 12 siang WIB tersebut merupakan pesan terakhir. Pesan yang disampaikan menjelang pesawat take off.
Dimata Novi, Hasanuddin adalah sosok ayah yang tidak banyak bicara. Meskipun seperti itu namun sang ayah merupakan sosok yang penyayang, tegas dan pekerja keras.
Menurut Novi ayahnya berhasil mendidik semua anaknya menjadi berhasil. Dua adik laki-lakinya, yakni Misbachul Ardi dan Ryan Harsawardana mengikuti jejak sang ayah menjadi pilot.
"Beliau pekerja keras, semua diajarkan kepada anakanya. Semua dididik untuk berhasil, dan alhamdulilah, dua adik saya jadi pilot," katanya.
Hal senada juga diucapkan oleh menantu Hasanudin, Ari Wibowo. Menurut Ari, mertuanya merupakan sosok yang tidak bertele-tele. Tegas namun tidak galak. Meskipun tidak suka bertele-tele, menurut Ari dirinya senang bercengkrama dengan mertuanya tersebut setiap akhir pekan.
"Berbicara mengenai kehidupan, hobi, atau apapun," katanya.
Ari mengaku tidak tahu kapan jenazah mertuanya tersebut tiba di rumah duka. Keluarga sangat percaya kepada Tim SAR yang bekerja keras untuk melakukan evakuasi dan identifikasi.
"Keluarga sangat percaya pada pemerintah dan Tim SAR, di sana, semoga semuanya lancar dan jenazah dapat segera dikebumikan," tuturnya.