TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu, mengkritik kehadiran Ketua DPR RI Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli zon dalam kampanye Donald Trump sebagai Capres Amerika Serikat.
Apalagi, kata Adia, kedua pimpinan DPR itu menyampaikan kesiapan untuk memberi hal-hal besar pada Amerika dalam ruang kampanye Capres Amerika dan itu menjadi sesuatu yang menyakitkan bagi bangsa Indonesia.
Menurutnya, kehadiran kedua pimpinan lembaga legislatif itu seperti melemparkan tinja ke DPR RI. "Kehadiran kedua orang itu merontokan martabat DPR dan menjadikan DPR dari lembaga tinggi negara menjadi hanya sekelas tim sukses kepala negara asing," kata Adian melalui pesan singkatnya, Jumat (4/9/2015).
Untuk itu, Adian mendesak agar Mahkamah Kehormatan Dewan serta Badan Intelijen Negara (BIN) harus melakukan penyidikan menyeluruh atas beberapa hal terkait kehadiran Ketua dan wakil ketua DPR di kampanye Pilpres Amerika.
"Pertama mengusut motif kehadiran mereka berdua. Kedua mengusut apakah kehadirannya mereka menggunakan uang negara atau tidak," tuturnya.
Ketiga, kata Adian, MKD dan BIN harus mengusut apakah mereka menjadi penyumbang dalam kampanye itu. Keempat menyelidiki apakah ada konsesi atau deal-deal antara Setya Novanto dan Fadli Zon dengan Donald Trump atau tidak.
"Kenapa pengusutan itu menjadi penting, karena kehadiran kedua orang itu sudah menempatkan DPR RI dan Indonesia sebagai negara masuk dalam pertarungan politik negara lain. Keterlibatan itu tentu melanggar azas bebas aktif yang dianut Indonesia dalam hubungan Internasional," tuturnya.
Aktivis 98 itu mengatakan, tidak bisa dipungkiri langkah ketua DPR dan wakil ketua DPR itu tidak menguntungkan bagi Indonesia. Karena implikasi dari kehadiran kedua orang itu sangat berbahaya bagi martabat dan kedaulatan Merah Putih maka baiknya Ketua DPR dan Wakil ketua DPR perlu segera di nonaktifkan dari jabatannya.
"Dan jika dalam proses penyidikan itu ditemukan indikasi-indikasi yang mengarah pada pengkhianatan terhadap Indonesia dan Merah Putih. Maka partai asalnya harus berani untuk mem-PAW keduanya atau rakyat akan menganggap kehadiran kedua orang itu disetujui oleh partainya masing-masing," tandasnya.