News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

travel

Presiden Joko Widodo: Sail Tomini 2015 Harus Dipromosikan

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, PARIGI - Sekitar 5.000 audience pun langsung menebak saat Presiden Joko Widodo memberikan masukan pada puncak Sail Tomini di Pantai Kayu Bura, Desa Pelawa Baru, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah pada hari Sabtu (19/9/2015).

Di ujung puja-puji dan penghargaan Presiden Jokowi itu, pasti ada koma dan kata-kata “tapi.” Tekanannya sangat tegas, jika ditulis dalam sebuah kalimat, kata “tapi” itu seperti diberi garis bawah, atau dicetak miring (italic), atau dicetak tebal (bold), atau bahkan ditumpuk warna stabillo.

Maknanya memang menjadi kritik, tetapi disampaikan dalam gaya orang Solo, andap asor, santun, jenaka, mengundang gelak tawa dan tidak membuat orang merah mukanya. Itulah cara “pintar” Presiden Joko Widodo.

Semua rangkaian acara diapresiasi positif, menyenangkan, dan oke semua. Tapi… ucapan (tapi) itu, menjadi jenaka karena intonasinya dipenggal lama dan diulang-ulang dengan struktur bahasa yang sama.

Menangkap ikannya, tanpa harus membuat keruh kolam airnya. Orang tetap senang, sekalipun banyak usulan perbaikan di masa mendatang. “Teluk Tomini ini indah sekali, nyaman dilihat baik laut, alam maupun suasananya. Tapi… Sail Tomini yang sudah ke-7 dari rangkaian sailing ini perlu di-marketingi. Perlu dipasarkan setahun atau dua tahun sebelumnya, biar semua orang tahu, biar turis berdatangan, dan menjadi atraksi yang memikat,” kata Presiden Jokowi, sembari menitipkan event sailing ke depan agar dikemas yang lebih promotif oleh Kementerian Pariwisata.

“Promosikan di surat kabar, TV, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga ke luar negeri. Gunakan media social sebesar-besarnya, sehingga sebelum hari H, ratusan juta orang sudah tahu akan Sail Tomini seperti ini. Lalu setelah acara jangan terus senyap, tetapi harus ditindak lanjuti dan dihidupkan dengan event-event. Entah mingguan, atau bulanan, agar kawasan wisata ini makin hidup,” papar mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Kedua, Presiden Jokowi juga terkesima dengan penampilan tarian kolosal yang dipentaskan oleh ratusan anak-anak SD. SMP, SMA di Sultra.

Dengan warna-warni pakaian, dominasi kuning cokelat, dan memanfaatkan tongkat dan dedaunan yang dicat sebagai peraga dan pelengkap drama.

“Saya senang sekali, ada tari tradisi budaya. Kostumnya bagus sekali. Tapi… kalau ada sentuhan koreografer dari pusat dan daerah, lalu ada kurator yang akan memilih talent, pentas drama musical itu akan menjadi lebih hebat, lebih menarik, dan mengundang orang untuk hadir di Sail Tomini,” kata suami Iriana Jokowi itu.

Presiden Jokowi pun memanggil Lita, salah seorang penari yang masih lugu dan dialeknya khas Sulawesi itu.

“Kami berlatih berapa hari?” tanya Jokowi, yang dijawab Lita: “Tiga bulan Pak.”

Presiden pun langsung menyahut “Kuraaaaang! Harusnya setahun atau dua tahun lalu!”  Audience yang terdiri dari 25 Kementerian dan Lembaga, Duta Besar negara sahabat, Gubernur Sulteng dan Gorontalo, dan bupati walikota di dua provinsi itu pun sempat tertawa.

“Siapa yang membuat keranjang ini,” ucap Jokowi sambil menunjukkan keranjang, salah satu alat peraga dan properti penari.

Lita, si penari kecil itu pun dengan polos menyebut: “Warga!” Presiden yang lulusan UGM itu pun menimpali,

“Pelibatan warga sangat penting. Itu bagus sekali, industri kreatif dan kerajinan jadi hidup. Saya senang sekali. Tapi… desainnya harus lebih bagus. Kalau dilihat lebih detail, ini kelihatan masih belum rapi, masih ada rambut-rambutnya. Ini harus disentuh oleh desainer,” begitu kata Joko Widodo.

Pakaian warna-warni yang dipakai para penari juga tidak luput dari perhatian Presiden Jokowi. Dia pun meminta Yuko, salah seorang desainer yang memenangkan Lomba Nasional Desain Batik Tomini 2015 untuk menilai cepat di depan audience. Jokowi pun menegaskan bahwa pakaiannya oke.

“Saya senang. Tapi.. harus ada setuhan desainer yang oke, dibuat yang bright, warna-warni, karena ini untuk pentas seni,” kata presiden.

Latar belakang sebagai seorang pengusaha dan pelaku bisnis, memang membuat Presiden Jokowi lebih detail dalam hal-hal teknis.

“Saya titip dua hal. Pertama promosi yang kuat. Kedua, persiapan yang harus lebih panjang dan detail, sehingga menjadi produk yang perfect. Ketiga, tidak harus pagi hari, bisa sore saat matahari tenggelam, bisa malam, perhatikan dengan lighting, tata cahaya dan panggung,” tuturnya.

Semua pidato Presiden Jokowi bersifat autokritik, tetapi tidak sampai menjatuhkan mental dan moral penggagas dan panpel Sail Tomini.

Semua untuk perbaikan di masa mendatang, karena sailing itu menjadi penguat pesan bahwa Indonesia Negara Bahari, dan berjuang menjadi Poros Maritim Dunia.

Di kelas daerah, semua performansi kegiatan pendukung itu sudah sangat keren dan terencana. Namun, karena atraksi itu untuk menghadirkan wisman dan wisnus, harus lebih atraktif, lebih kuat, dan berkelas global.

Kalau aneka atraksi itu bisa dirancang secara professional dan punya kelas. Menpar Arief Yahya pun langsung menterjemahkan banyak kata “tapi”-nya presiden tersebut, yakni dengan bergerak internal.

“Kami mencatat pesan presiden, ke depan, kami akan all out, harus lebih banyak kapal wisata yang ikut sailing. Didorong menjadi salah satu rangkaian event sail dunia, sehingga langsung berdampak pada wisman. Digencarkan promosi di originasi atau negara yang potensial sailing. Diadakan di daerah yang memungkinkan banyak wisman dan wisnus hadir. Yang siap dengan akses dan amenitas,” jelas Menpar Arief Yahya.

Sementara itu, Menko PMK, Puan Maharani berharap event seperti ini mampu menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

“Ini akan menjadi stimulant, pemicu bagi pengembangan ekonomi masyarakat, dan berkelanjutan,” kata Puan yang di acara kemarin juga dihadiri Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini