TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan pihaknya tidak bisa menerima tawaran bantuan dari pemerintah Singapura untuk menghilangkan asap dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.
Willem mengaku sudah memaparkan segalanya ke wakil pemerintah Singapura, yang menyambanginya beberapa hari lalu.
Kepada wartawan di kantor BNPB, Matraman, Jakarta Timur, Selasa (6/10/2015), Willem Rampangilei mengatakan bahwa pemerintah Singapura sempat menawarkan bantuan untuk membuat hujan buatan, dengan meminjamkan pesawat Herculesnya.
Namun Indonesia tidak bisa menerima bantuan tersebut.
"Saya katakan kita punya empat Hercules yang siap terbang kalau awannya cukup. Kita tahu el nino sampai November, peluangnya (hujan) sedikit," katanya.
Selain itu pemerintah Singapura juga menawarkan bantuan Teknologi Informasi (TI) dan bantuan satelitnya, untuk memantau perkembangan kebakaran.
Ia kemudian menunjukan sistem canggih yang sudah dimiliki Inbdonesia, yang terdapat di Pusat Komando dan Pengendalian Operasi (Pusdalops), BNPB.
Pemerintah Singapura juga menawarkan helikopter Boeing CH-47 Chinook, yang bisa mengangkut air hingga 4,5 juta ton.
Walaupun kapasitas tampungan air helikopter tersebut lebih banyak, namun helikopter tersebut tidak akan banyak berguna.
Karena 17 helikopter milik Indonesia pun kerap tidak bisa terbang, karena asap yang terlalu pekat.
Ia mengaku paham asap yang diakibatkan kebakaran di Indonesia, sudah sampai membuat sekolah-sekolah di Singapura di lburkan.
Bahkan asap tersebut juga telah mengganggu roda perekonomian Singapura.
Willem Rampangilei menyebut pihaknya sudah maksimal berusaha menyelesaikan kabut asap. Pihaknya juga terbuka bagi siapapun, termasuk pemerintah negara tetangga, yang hendak mengetahui apa yang dilakukan BNPB dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan.
"Jangan diangkap bahwa indoinesia itu alergi atau tidak senang dibantu, tidak, kita itu sangat simpati, justru kita senang kalau tetangga kita menawarkan bantuan, tapi harus dipertimbangkan juga efektifitasnya," ujar Willem Rampangilei.
Sejauh ini, kata dia, yang sudah menawarkan bantuan secara langsung baru pemerintah Singapura. Negara-negara tetangga lain yang juga terdampak seperti Thailand dan Malaysia, belum menawarkan bantuannya.