TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah saat ini hanya fokus diperuntukkan masyarakat menengah ke atas.
“Pembangunan ekonomi Indonesia lebih cenderung kepada masyarakat menengah ke atas. Sudah sejak zaman Orde Baru. Kita sering fokus pada proyek-proyek besar sehingga makin lama kesenjangan makin lebar, sehingga masyarakat kita di tatanan menengah ke bawah seperti petani, nelayan, UMKM, buruh, selalu ketinggalan. Apalagi dengan kondisi kita saat ini, semakin kelihatan sekali,” kata HT dalam pernyataannya di Jakarta, Kamis(8/10/2015).
Dia mengatakan pemerintah saat ini kurang berjuang untuk masyarakat ekonomi lemah, UMKM.
Special treatment kata HT justru diberikan kepada mereka masyarakat menengah ke atas.
“Kita kurang berjuang terhadap masyarakat ekonomi lemah. UMKM yang mereka butuhkan modal murah, pelatihan karena edukasinya kurang, proteksi dan perlakuan yang lebih baik, special treatment supaya mereka tumbuhnya bisa lebih cepat daripada menengah ke atas,” ujarnya.
Pertanian lanjut HT juga begitu, masalahnya lahan, akses ke modal, kalau tidak punya modal berhubungannya dengan tengkulak, dan proteksi.
"Yang kita hadapi malah pasar bebas sehingga mereka sulit untuk bersaing," pungkas HT.
Untuk itulah HT menyarankan agar persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini harus diselesaikan secara bersama-sama.
Dia menuturkan, Indonesia terancam dengan situasi perekonomian yang lebih buruk dibanding tahun 1998 silam.
Dimana pada saat itu yang terjadi adalah krisis finansial, terkait bank-bank yang bermasalah.
“Saat ini yang kita hadapi bukan krisis keuangan lagi, tetapi krisis ekonomi yang sangat struktural. Semua pihak kena dari atas sampai bawah. Yang bawah lebih cepat kenanya karena dengan dolar yang tinggi, yang kita makan pun kita impor, jadi mereka kena dampaknya duluan,” ujar HT.
Dia menambahkan kalau sampai 2016 masih berlanjut bahkan lebih buruk dirinya tidak bisa bayangkan bagaimana kondisi bangsa kita tahun depan.
Ditambah lagi, kata bos media ini, sekarang Indonesia tak lagi memiliki fundamental ekonomi yang kuat.
Tak ada yang bisa diandalkan Indonesia sejak harga komoditas mengalami penurunan.
Berkilas balik kebelakang, pada tahun 1970-an, Indonesia ditopang oleh oil boom.
Saat itu Indonesia masih menjadi pengekspor minyak.
Selanjutnya pada tahun 1980-an hingga 1990-an Indonesia bersandar pada industri. Sedang tahun 2000-an hingga tiga tahun yang lalu Indonesia memiliki andalan yaitu komoditas.
“Kesimpulannya, apa yang menjadi kekuatan Indonesia di masa lalu sudah tidak ada lagi,” ujarnya.