News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kabut Asap

PAN Apresiasi Ajakan Wapres JK untuk Shalat Istisqa

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla bersama sejumla pejabat lainnya, melaksanakan shalat Istisqo atau shalat untuk memanggil hujan, di lapangan bagian dalam masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu, (1/11/2015).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) memuji kerja keras pemerintah memadamkan kebakaran hutan dan lahan.

"Kami mengapresiasi pemerintah yang telah bekerja keras untuk memadamkan hutan dan lahan yang terbakar. Hal itu juga dibantu oleh aparat TNI dan kelompok masyarakat," ujar Ketua DPP PAN Viva Yoga Mauladi kepada Tribun, Minggu (1/11/2015).

Bahkan, PAN juga menyambut baik ajakan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) untuk shalat istisqa (doa minta ujan).

Karena kata Viva, sebagai masyarakat relijius hal itu harus dilakukan agar Tuhan segera menurunkan butir-butir air yang jatuh dari langit untuk memadamkan api.

Tapi, kenapa api masih ada dan asap masih mengepul bergulung-gulung? Menurut Politikus PAN ini itu karena luas areal hutan dan lahan yang terbakar besar sekali.

Dia pun mengutip data Persaki, yaitu ada 3,4 juta hektar area yang terbakar. Dan itu, bukan hanya di pulau Sumatera dan Kalimantan,tapi juga di Jawa, NTT, Maluku Utara sampai Papua.

"Sedangkan peralatan, teknologi, dan SDM masih sangat kurang," jelasnya.

Kemudian kata dia, faktor el nino semakin memperparah kebakaran. Karena para pembakar salah memprediksi musim yang bulan September diperkirakan hujan.

"Ternyata hingga akhir Oktober masih kering kerontang," ujarnya.

Selain itu, lahan gambut yang terbakar tidak bisa dimatikan oleh water bombing karena kedalaman gambut di atas 1 atau 2 meter tidak tembus air.

"Hal itu bisa padam jika ada air tergenang, dan hal itu jika hanya ada hujan," cetusnya.

Lebih lanjut dia sampaikan, ke depan, perlu reformasi kebijakan secara komprehensif tentang hutan, lahan, tanah, dan air.

"Jangan sampai kita dikutuk anak cucu kita karena kita tidak bertanggingjawab menyiapkan masa depan mereka dan dianggap menghilangkan lekayaan alam dan flora fauna Indonesia," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini