TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh Senior Golkar Abdul Latief angkat bicara mengenai konflik yang terjadi di tubuh partai berlambang pohon beringin itu.
Ia pun mengapresiasi Partai Demokrat yang berbenah pascapemilihan legislatif 2014.
"Saya bukan mengatakan memuji Demokrat. Demokrat itu nomor satu lalu merosot ke peringkat empat. Dia (Demokrat) gagal, rakyat tidak memilih. Dia tidak masuk kabinet, dia keluar, ikhlas lalu dibenahi. Menurut saya itu gentleman," kata Abdul Latief usai bertemu Poros Muda Golkar di Pasaraya, Blok M, Jakarta, Minggu (15/11/2015).
Kepada Poros Muda Golkar, Abdul menganjurkan seluruh kader bersatu mulai pusat dan daerah. Hal itu untuk mempersatukan masa depan Golkar.
"Kalian yang punya kepentingan untuk Golkar dan politik bangsa," imbuhnya.
Ia mengingatkan dalam organisasi memang merujuk pada AD/ART. Tetapi ada aturan yang tidak tertulis disebut moral, etika dan tradisi. "Pengurus harus berjalan dengan garda moral dan tradisi.
Ia pun menilai kondisi Golkar saat ini bukanlah kesalahan anggotanya tetapi pemimpinnya.
Seharusnya, kata Menteri Tenaga Kerja era Soeharto itu, pimpinan Golkar baik Aburizal Bakrie dan Agung Laksono melakukan intropeksi diri.
"Kenapa jadi begini timbul percecokan sampai ke pengadilan mau kemana ini organisasi. Saya sebut moral, etika, tradisi, kalau saya gagal dan kalah, saya mundur. Saya beri kesempatan yang lain, itu saya," ujarnya.
Sedangkan salah satu anggota Poros Muda Golkar Ace Hasan Syadzily meminta Abdul Latief berbicara dengan Aburizal Bakrie serta Agung Laksono untuk menyelesaikan konflik Golkar. Ia menuturkan hasil kunjungan ke senior Golkar akan menghasilkan rumusan solusi konflik Golkar. Poros Muda Golkar telah mengunjungi Muladi dan Ginanjar Kartasasmita.
Rencananya, mereka akan mengunjungi Siswono Yudho Husodo dan Akbar Tandjung.
"Cari solusi tepat yang tidak menimbulkan pertentangan untuk konsolidasi 2019. Pada saatnya akan menemui Pak Ical dan Pak Agung untuk sama-sama mencari jalan keluar," imbuhnya.