TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru bicara Partai Demokrat Kastorius Sinaga mendorong Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Binsar Pandjaitan segera membikin roadmap baru strategi pencegahan dini aksi terorisme.
"Teror datang secara tak terduga. Dan Indonesia masih termasuk area rawan terorisme. Polri dan TNI dibawah koordinasi Menkopolhukam harus segera membuat roadmap baru strategi pencegahan dini," ujar Kastorius kepada Tribunnews.com, Minggu (15/11/2015).
Politikus Demokrat ini percaya akan kapasitas Menkopolhukam Luhut Panjaitan di dalam menyusun roadmap cegah tangkal aksi terorisme.
Apalagi saat berdinas di Kopassus dulu, Luhut merupakan salah satu lulusan terbaik akademi antiteror Jerman bernama GS9 yang disegani di dunia.
"Saya yakin Luhut sangat paham dan memiliki kapasitas yang mumpuni di dalam meningkatkan level keamanan kita," ujarnya.
"Hanya saja dia harus didukung oleh semua pemangku kepentingan sektor keamanan termasuk Pemerintah Daerah," Kastorius menambahkan.
Langkah taktis jangka pendek, menurutnya, yakni aparat perlu melakukan sweeping senjata laras panjang.
Selain juga kontrol bahan peledak serta meningkatkan pengawasan di titik-titik masuk pelabuhan, objek vital serta di wilayah hotspot politik seperti di Poso, Papua, Aceh dan juga wilayah persembunyian jaringan ISIS di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Apalagi selama ini, seperti yang dikeluhkan oleh BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) Indonesia menjadi salah satu negara rekruitmen untuk pasukan ISIS di Suriah.
Belajar dari Paris
Politikus Demokrat ini menilai perlu untuk mencegah sedini mungkin aksi teror brutal seperti terjadi di Paris Jumat malam lalu terulang di tanah air.
Pasalnya, Kastorius mengatakan, aksi serangan di Paris yang menewaskan ratusan warga sipil telah menghentakkan kesadaran kita tentang lahirnya bentuk, modus dan skala aksi teror dalam bentuk baru yang jauh lebih membahayakan.
Soft target aksi teror berupa tempat kerumunan yang selama ini dianggap aman, seperti restoran, gedung konser, stadium sepakbola menjadi sasasaran aksi teror. Efek ketakutan yang meluas hampir ke semua negara hendak diciptakan oleh aksi teror demikian.
Apalagi kombinasi aksi summary shooting (penembakan membabi buta) dengan bom bunuh diri di lokasi yang berbeda-beda dalam waktu yang bersamaan menunjukkan taktik teror yang ingin melumpuhkan daya cegah aparat keamanan sembari menebar ketakutan yang eksesif kepada masyarakat.
Akan tetapi, kata dia, meski ISIS merupakan kelompok teror yang sangat berbahaya, bangsa ini tidak boleh takut sedikitpun dan harus menggalang kesadaran kolektif untuk menolak segala bentuk aksi teror.
Lebih jauh dia katakan, pelajaran dari teror Paris adalah bahwa saatnya seluruh elemen bangsa harus bersatu dengan pemerintah, Polri dan TNI untuk meningkatkan daya cgah dan daya tangkal terhadap rencana aksi teror.
Aksi teror ISIS adalah murni kejahatan kemanusian dan sedikitpun tidak dibenarkan oleh agama manapun. Sebagai negara yang pluralis, masyarakat Indonesia harus bersatu menolak dan menghentikan kemungkinan munculnya aksi teror demikian di bumi pertiwi.
"Saatnya juga kita menghindari berbagai hujatan negatif serta konfrontasi sistemik terhadap kepolisian karena hal ini juga akan memberi celah ruang gerak aksi teror yang memang selalu datang di saat aparat keamanan kita lengah dan dilemahkan," ujarnya.