Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Hendardi menyayangkan sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) yang mengagenda pemeriksaan Ketua DPR, Setya Novanto, digelar tertutup.
Bila memang ada anggota MKD yang mendukung Setya Novanto agar sidang digelar tertutup karena menyangkut rahasia negara, seharusnya anggota MKD lain bisa mengambil sikap, termasuk dengan meninggalkan sidang tersebut.
"Sidang itu sendiri bukan hanya masuk angin tapi sudah encok itu, tidak ada alasan sebetulnya dilakukan secara tertutup," kata Hendardi kepada wartawan, usai menghadiri pemaparan Indeks Kinerja HAM 2015, di Bakkoel Coffee, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (9/12/2015).
Setya Novanto bersama pengusaha Riza Chalid diduga telah menawarkan jasanya ke Freeport Indonesia, untuk memperpanjang kontrak.
Keduanya meminta saham sebagai imbalan, dan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dalam sidang sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menjalani persidangan secara terbuka. Bos Freeport Indonesia, Maroef Sjamsuddin yang ditawari jasa perpanjangan kontrak, juga menempuh hal yang sama. Maka sangat tidak adil bila Ketua DPR menjalani sidang tertutup.
"Jadi saya kira sidang tertutup ini parodi yang menggelikan," jelasnya.