TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penunjukan Yusril Ihza Mahendra sebagai pengacara mantan Direktur Utama PT.Pelindo II, Richard Joost (RJ) Lino, belum final.
Menurut Yusril, belum ada perjanjian tertulis antara kantornya dengan pihak Lino.
Namun sayangnya, informasi tersebut sudah terlanjur menyebar.
Padahal yang ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka untuk kasus Quay Container Crane (QCC), adalah Lino sebagai pribadi.
Namun uang yang digunakan untuk membayar Yusril adalah uang perusahaan.
Yusril pun akhirnya memutuskan untuk mundur.
"Kita keberatan kalau gitu, karena itu saya mengambil keputusan sebelum pak Lino diberhentikan," kata Yusril kepada wartawan, usai ia menemui Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, di kantor Wapres, Jakarta Pusat, Selasa (5/1/2015).
Belakangan terbongkar bahwa uang yang disiapkan PT.Pelindo II untuk membayar Yusril adalah sebesar Rp 12,1 miliar.
Soal & Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 SMA Halaman 116 : Menemukan Arti Kosakata dengan KBBI
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Hal 101: Apa arti kosakata 'Mantra' dengan menggunakan KBBI?
Hal itu terungkap setelah anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Masinton Pasaribu, buka mulut.
Yusril menyebut angka Rp 12,1 miliar itu belum lah final.
Karena belum ada pembahasan lebih lanjut soal penanganan kasus, dan belum ada kesepakatan resmi.
Angka tersebut hanyalah harga perkiraan, dengan menetapkan sekitar Rp 1-2 miliar per kasus.
"Kan perkaranya tidak satu. Dia mau nguji Undang-Undang ke MK (Mahkamah Konstitusi), adalagi praperadilan, adalagi menangani perkaranya sendiri. Ada tiga (sampai) empat perkara. Kalau sudah bicara dgn kami kan pasti jumlahnya tdk seperti itu," jelasnya.
Saat ditanya apakah tarif tersebut termasuk tarif wajar, ia mengakui hal tersebut bila memang disepakati kedua belah pihak.
Kantor Ihza-Ihza Law Firm yang ia pimpin itu, juga rela menangani perkara secara gratis, bila memang semua pihak menyepakatinya.
Kehaduhan yang terjadi seputar penunjukan dirinya sebagai pengacara Lino, menurutnya terjadi karena subyektifitas sejumlah pihak.
Bila Lino dibela orang lain, ia menduga tidak akan terjadi kegaduhan.
"Tapi ya mungkin karena saya yang menangani, orang jadi ribut. Kalau orang lain mungkin tidak," jelasnya.