TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Para terduga teroris bom Thamrin merakit bom secara manual di Jakarta dan mendapatkan senjata api (senpi) dari Filipina.
Namun, belum dapat dipastikan apakah senjata api itu didapat dari kelompok teroris Abu Sayyaf atau bukan.
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan peredaran senjata di Filipina cukup bebas.
Bahkan di negara kepulauan itu terdapat home industry atau industri rumah tangga untuk membuat senjata api.
“Filipina senjata cukup bebas bahkan home industry. Bisa membuat senjata bisa diperjualbelikan. Setiap orang juga bisa beli senjata,” tutur Badrodin kepada wartawan ditemui di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (16/1/2016).
Sampai saat ini, aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan darimana senjata api itu didapat.
Sejauh ini, kata dia, belum ditemukan fakta senjata api didapat dari kelompok teroris Abu Sayyaf yang berada di Pulau Mindanao, Filipina.
“Nah, itu bisa saja apakah itu terkait nama kelompok yang di Mindanao belum tentu. Belum menemukan fakta ke sana. Tetapi, kalau senjata itu buatan Filipina, iya,” kata dia.
Sebelumnya, aparat kepolisian melakukan penggeledahan di sebuah rumah Kampung Sanggrahan RT/RW 002/03, Meruya Utara, Kembangan pada Jumat (15/1/2016) malam.
Di rumah kediaman terduga teroris berinisial MA itu ditemukan bahan peledak untuk merakit bom, seperti batu baterai, aki bekas, bohlam kecil, kabel, dan lakban.
Tempat itu diduga dijadikan pelaku bom Thamrin untuk merakit bom.