TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Senator asal DKI Jakarta AM Fatwa memiliki pesan khusus kepada Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso.
Fatwa meminta Sutiyoso menjaga jangan sampai ada kesalahpahaman atau salah persepsi yang tersebar di masyarakat jika kejadian teror bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat beberapa hari lalu merupakan hasil operasi intelijen cara lama.
Hal itu diungkapkan Fatwa yang memiliki pengalaman pahit selama 16 tahun berhubungan dengan intelejen di era Soekarno dan Soeharto.
"Saya pernah jadi korban intelijen, ada luka lama memang antara intelijen dan umat. Makanya kepala BIN harus bisa menjaga betul dan buat masyarakat percaya kalau kejadian kemarin bukan cara kerja lama intelijen,"kata Fatwa disela-sela acara KB PII di Kemendikbud, Jakarta, Minggu (17/1/2016).
Fatwa yakin jika kejadian kemarin bukanlah cara kerja intelijen yang lama. Sejauh ini intelijen, kata Fatwa, sudah secara profesional menghadap aksi teror di Indonesia.
"Tapi ya itu, kepala intelijen sebagai penanggung jawab harus bisa menghilangkan keraguan di masyarakat. Harus dihapus betul-betul dan timbulkan perspektif baru dan prangsaka positif soal intelijen di masyarakat,"kata Fatwa
Tokoh senior PAN itu mengaku dirinya mampu melupakan kisah masa lalu meskipun telah menjadi korban penyiksaan intelijen dalam waktu yang cukup lama. Hal ini pun dilakukkan saat menjadi wakil rakyat di DPR, ia mampu merangkul kalangan intelijen dan aparat kemanan lainnya. Terbukti baik keluarga Soeharto ataupun Benny Moerdani sangat dekat dengan dirinya.
"Begitu juga dengan Sutiyoso. Saya bertemu dengan dia sehari sebelum dilantik jadi kepala BIN. Kami memang dekat sejak di pemerintah Jakarta dulu. Itu pesan saya sama dia, buat citra positif intelijen,"kata Fatwa
Fatwa pun mengapresiasi kinerja polisi yang dibantu TNI yang bergerak cepat mengatasi masalah teror di Jakarta. Menurutnya, semua perangkat keamanan harus bisa terus melakukan koordinasi dengan masyarakat dan tokoh agama soal pendidikan agama yang baik.
"Pelakukan itu kan orang salah didik dan frustrasi. Jadi dalam rangka pencegahan pihak kemanana, intelijen dan masyarakat harus berkoordinasi,"katanya.