Untung lalu berbagi formasi dengan Tamat.
Untung di depan, diikuti Tamat di belakang.
Untung juga bertemu dengan Kabag Ops Polda Metro Jaya Kombes Martuani yang turut dalam baku tembak.
"Ada senior saya, saya bilang 'bang cari bodypack, saya lindungi abang bukan abang yang lindungi saya'," ucap Untung.
Sumber: TMC Polda Metro Jaya
Suasana aksi bom bunuh diri di depan Starbucks Cafe
Tiba-tiba saja mobil Karo Ops dilempar granat oleh teroris.
Ban mobil langsung kempes.
Usai itu ada polisi berboncengan motor dari arah patung kuda mengarah ke mobil dan berhenti karena tidak tahu apa yang terjadi.
"Mereka sepertinya tidak tahu apa yang terjadi, mereka hanya bawa pentungan. Lalu ada tembakan dari arah kiri mereka, mereka berlompatan dan lari," ungkapnya.
Untung dan Tamat terus baku tembak dengan teroris. Untung memberi kode agar Tamat dalam posisi tiarap mengintai kaki teroris yang sembunyi di balik mobil.
"Saya kasih kode ke Tamat 'sikat', dia (Tamat) hajar kaki, saya hajar di kaca-kaca," ucapnya.
Ternyata, saat peluru Untung mengenai teroris, bom yang tengah dipegang pelaku terjatuh.
"Bom, meledak. Ada satu lagi, keluar asap kemudian tidak lama juga meledak," singkat Untung.
Lalu datanglah rekan-rekan Untung yang lain.
Rekannya itu memberitahu agar Untung menyudahi aksinya jangan sampai salah tembak dan mengenai bom yang lebih besar.
Menurut Untung memang ia melihat bom besar itu berukuran panjang kurang lebih 40 centimeter, diameter 15 milimeter, dengan serpihan yang akan dikeluarkan sangat banyak sekali.
Ia memperkirakan apabila meledak mungkin sampai radius tiga kilometer sampai empat kilometer.
Atau sebanding dengan 10 kali daya ledak granat.
"Bisa dibayangkan satu granat kecil bisa menghamtam orang mati sampai 100 meter. Mereka bilang 'bang sudah bang, cukup bang jangan salah tembak karena kena bomnya nanti kita semua selesai'," tutur AKBP Untung.