TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Freddy Budiman kembali menjadi perbincangan setelah sikap dan prilakunya berubah.
Ia dikabarkan bergabung dengan ISIS saat dirinya mendekam di Lapas Nusakambangan akibat pengaruh Aman Abdurahman seorang narapidana terorisme yang juga mendekam di Lapas Nusakambangan.
Freddy pun disebut-sebut mengalirkan uangnya untuk membiayai aksi teror.
Sebelumnya, Pengadilan Negeri Jakarta Barat memvonis Freddy dengan hukuman mati.
Tak hanya itu, pria pengimpor 1,4 juta ekstasi tersebut juga dicabut 7 hak asasinya.
Namanya mencuat saat model majalah dewasa Vanny Rosyanne mengaku sebagai mantan pacar Freddy mengaku ada bilik asmara di Lapas pada 2013 silam.
Menurut pengakuan Vanny saat itu dirinya sering bertemu dengan Freddy di ruangan khusus untuk menikmati narkoba dan berhubungan seks.
Tidak hanya Vanny saat itu yang mengklaim punya kedekatan khusus dengan Freddy, model lainnya Anggita Sari pun mengaku sebagai kekasih gembong narkoba tersebut.
Pengakuan Vanny saat itu membuat Kementerian Hukum dan HAM menjadi sorotan yang akhirnya Kalapas Cipinang Thurman Hutapea dicopot dari jabatannya.
Tidak lama setelah kasus tersebut mencuat, Freddy pun dipindahkan ke Lapas Nusakambangan, Senin (29/7/2013).
Pabrik Narkoba di Lapas
Diasingkan ke Nusakambangan tidak membuat Freddy jera dengan bisnis haramnya.
Sebelum dipindahkan ke Nusakambangan, Freddy sempat menitipkan bahan-bahan pembuat prekusor narkotika kepada seorang warga binaan pemasyarakatan bernama Tjejep Setiawan alias Asiong.
Oleh Asiong, sehari setelah pemindahan Freddy, perangkat tersebut dipindahkan ke Bengkel Pertukangan di Gedung Balai Latihan Kerja LP Cipinang.
Kemudian, pada 3 Agustus 2013, dipindahkan kembali ke gudang Gedung Balai Latihan Kerja LP Cipinang.
Kemudian Kementerian Hukum dan HAM bersama Bareskrim Polri melakukan sidak di Lapas Narkotika Cipinang pada 6 Agustus 2013.
Alhasil, sebuah pabrik pembuatan narkoba di dalam Lapas tersebut ditemukan.
Selain menemukan alat pembuat sabu, dalam sidak juga ditemukan stoples yang diduga berisi red fosfor, alat cetak, jeriken berisi cairan berwarna putih, buku tabungan, ATM, HP, SIM card, charger, headset, dan beberapa paket sabu.
Freddy Budiman pun dibawa kembali ke Jakarta untuk kasus pabrik sabu di Lapas Cipinang.
Saat itu terungkap bahwa bahan dasar pembuat sabu seperti ephedrine dan alat-alatnya dimasukan Freddy saat menghuni Lapas Cipinang.
Pukul Wartawan
Saat itu Freddy pun menyaksikan pemusnahan barang bukti kasus pabrik sabu di LP Cipinang yang melibatkannya, Jumat (30/8/2013) di Gedung Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Mabes Polri,Jakarta Timur.
Freddy yang mengenakan kaos putih saat itu sempat berusaha menyembunyikan wajahnya dari sorotan kamera wartawan yang meliput.
Usai pemusnahan, saat dirinya hendak dibawa petugas untuk kembali ke sel tahanan, dengan tangan terborgol Freedy langsung menghampiri Imam (28) wartawan Sindo TV, dan langsung memukulinya.
Meskipun sudah terbongkar bisnis haramnya berkali-kali, tetapi jaringan narkobanya di Lapas tetap berjalan.
Pabrik Narkoba
Tahun 2014, Polres Jakarta Timur membekuk kaki tangan Freddy saat akan memasukan narkoba ke dalam Lapas.
Pada tanggal 7 April 2015, Direktorat Narkoba Bareskrim Polri mengungkap jaringan narkotika internasional Belanda-Pakistan-Indonesia yang kembali melibatkan Freddy Budiman.
Kasus terungkap setelah dua anak buah Freddy Budiman ditangkap Bareskrim Polri di Kabupaten Bekasi pada tanggal 7 April 2015 pukul 12.30 WIB.
Dari penangkapan tersebut terungkap lah pabrik narkoba pabrik produksi narkoba milik Freddy di Ruko CBD Mutiara Taman Palem Blok A2 No. 16 Kelurahan Cengkareng Timur, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Pasrah Tunggu Hukuman mati
Kasubag Humas Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Akbar Hadi Prabowo menjelaskan, Freddy mendekam di Lapas Gunung Sindur sejak 11 Desember 2015.
"Freddy Budiman di bon BNN sejak Maret 2015. Selain ditahanan BNN, juga dititipkan ke Lapas Salemba. Dan sejak 11 Desember 2015, Freddy berada di Lapas Gunung Sindur, Bogor," terang Akbar Hadi Prabowo dalam perbincangan dengan Tribunnews.com, Kamis (21/1/2015).
Akbar menerangkan bahwa Freddy sebelumnya menghuni Lapas Batu, Nusakambangan.
Ia sekaligus membantah informasi bahwa Freddy pernah satu Lapas dengan Aman Abdurahman di Lapas Kembang Kuning, Nusakambangan.
Aman yang disebut-sebut pimpinan ISIS Indonesia ini dikabarkan sebagai orang yang mencekoki Freddy sehingga kini bergabung dengan pendukung ISIS Indonesia.
Akbar membenarkan bahwa Freddy kini memelihara janggut.
"Penampilannya sekarang berjanggut dan jidat hitam. Kalau di Lapas memakai pakaian seragam narapidana," terang Akbar Hadi Prabowo.
Hal tersebut diperkuat dengan pengakuan Kepala Lapas Kelas III Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Gumilar Budimulya.
Gumilar memastikan bandar narkoba ini tidak bisa berinteraksi dengan tahanan lain.
"Pukul 08.00 sampai 11.00 WIB itu memang dikeluarkan dari kamar, tapi tetap dalam blok, ke masjid saja tidak kok," kata Gumilar.
Menurutnya, setelah beberapa kali berbincang langsung dengan Fredy, penampilannya saat ini jauh berbeda dari sebelumnya.
Rambut Fredy kini pendek dan berwarna hitam.
Perubahan lainnya adalah jenggot yang tumbuh lebat di dagunya.
"Tidak terlalu panjang, memang kenapa kalau jidatnya hitam ? Teroris gitu ? Jangan dikaitkan ke sana, kasihan orang ini," ujarnya.
Freddy juga sempat mencurahkan perasaannya pada Gumilar.
Saat ini, kata Gumilar, Freddy sangat pasrah menunggu eksekusi mati.
Pria yang divonis mati itu kini lebih banyak memperdalam ilmu agama dan rajin ibadah serta pasrah jika suatu hari dieksekusi mati.
"Makanya dia mau nyari bekal buat akhirat nanti, sekarang dia pasrah mau ditembak kapan juga," ucapnya.