Sambil menyibakkan kaos coklat yang dikenakannya Budiono menunjukkan perban yang dipasang vertikal dari perut bagian bawah hingga dekat ulu hati.
Pria yang lebih dari 15 tahun bertugas sebagai provost tersebut juga menunjukkan lubang bekas timah panas yang menembus di punggungnya.
Sedikit berwarna hitam, tiga lubang tapak peluru yang jaraknya berjauhan tersebut tampak sudah mengering. Menurutnya luka di bagian punggung tersebut menutup sendirinya.
"Kalau yang ini tidak diperban, " paparnya.
Awalnya Budiono mengaku kaget mendengar penjelasan dokter yang menyebutkan terdapat tiga luka tembakan.
Lantaran saat peristiwa terjadi ia hanya ditembak dua kali. Lubang ketiga yang tak ia sadari tersebut justru yang paling riskan lantaran menyerempet paru-paru.
Namun yang disukuri menurutnya adalah, peluru tersebut tidak ada yang bersarang. Berdasarkan penjelasan dokter, ia masih bisa bertahan hidup lantaran semua peluru tembus.
Saat menceritakan hal tersebut Budiono tampak lepas. Ia terlihat tidak trauma saat menjelaskan kondisinya. Bahkan ada canda tawa saat bercerita bersama rekannya Aiptu Dodi dan Tribunnews.
Aiptu Dodi ikut menambahkan cerita yang tidak diketahui Budiono, lantaran rekannya tersebut sedang dirawat dan tidak sadarkan diri di RSPAD Gatot Subroto.
Dodi dan Budiono berada satu lantai saat pertama kali tiba di rumah sakit tentara tersebut.
Menurut Dodi, saat pertama kali tiba di RS, kondisi rekannya tersebut sangat kritis. Selain pingsan, Bahkan alat pemindai detak jantung yang terpasang di Budiono sempat menjadi datar.
"Sempat datar, makanya ia pernah diisukan meninggal dunia," ujar Dodi.
Lewat kaca yang tertempel di daun pintu, Dodi pun melihat rekannya yang kritis dari tempat tidur, lantaran lokasinya bersebelahan.
Menurutnya Budiono saat itu sempat beberapa kali ditempeli alat kejut jantung.