TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 31 tahun sudah Suparman seorang tenaga honorer di SMP 1 Kabupaten Lamongan mengabdi kepada negara.
Dia beserta ribuan honorer lainnya hanya menuntut pemerintah untuk dapat menaikkan status mereka menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di depan Istana Negara, Jakarta.
Menyandang status tenaga honorer bukanlah sebuah hal yang membanggakan bagi dirinya, meski ikhlas menjalani hal tersebut, namun sewaktu-waktu dirinya mengaku malu jika bertemu dengan tetangganya.
"Kadang saya malu, kalau ditanya tetangga. Sudah 31 tahun kerja di SMP tapi tidak diangkat-angkat," ungkapnya di lokasi demonstrasi, Jakarta, Rabu (10/2/2016).
Suparman menjelaskan bahwa di SMP 1 Kabupaten Lamongan, hanya terdapat dua PNS saja, yaitu Kepala Tata Usaha dan Bendahara Umum saja. Sementara yang lainnya harus menjadi honorer.
Pegawai Tata Usaha di SMP tersebut juga terkadang harus merangkap menjadi guru karena kurang orang.
Selain itu, Suparman yang datang bersama 60 orang lainnya dari Kabupaten Lamongan, harus mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tukang ojek untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Pasalnya, dia hanya mendapatkan upah sebesar Rp. 300 ribu selama satu bulan selama menjadi honorer. Sementara yang sudah menjadi PNS dapat mengantongi hingga Rp. 3,5 juta perbulan.
"Kalau pagi ke sekolah, tapi kalau siang sampai malam, saya ngojek," jelas pria yang memakai baju serba hitam tersebut.
Meski tetap tidak mencukupi, apalagi jika keperluan anak bertambah untuk sekolah, dirinya tetap bertahan dan tidak jarang untuk berhutang dengan kerabatnya. "Iya utang sana-sini, bayarnya nanti dicicil," tambahnya.
Pria berusia 50 tahun tersebut berharap agar dapat dinaikkan menjadi PNS sebelum akhirnya harus menempuh masa pensiunnya.