TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Evy Susanti, terdakwa kasus suap bersama suaminya Gatot Pujo Nugroho tak bisa membendung tangisnya di depan majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta.
Dia meluapkan seluruh isi hatinya saat ditetapkan menjadi tersangka, hingga kini menjalani sidang dalam pembelaan yang dibacakan hari ini, Rabu (24/2/2016).
"Kami jadi santapan media yang tidak bisa kami cegah, masyarakat jadi hakim bagi kami dan mengabaikan latar belakang. Foto-foto kami dijadikan meme dan bahan lelucon di media sosial, masyarakat menghina dan menghujat dengan kata-kata tidak layak, tanpa memperdulikan perasaan orang lain," kata Evy di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Dia juga menyayangkan dalam waktu singkat, foto yang menjelek-jelekkan dirinya menyebar luas.
"Ini yang menyakitkan saya dan hati anak-anak saya, media sosial lebih banyak men-share berita buruk. Kami jadi santapan media, kebersamaan kami tidak luput dari media, semua jadi serba salah," katanya.
Dengan nada emosi, Evy meminta masyarakat untuk lebih bijak dan membayangkan bagaimana rasanya jika berada di pihak yang mendapat musibah.
"Dipikirkan dulu sebelum komentar atau menyebarkan sesuatu hal yang nantinya menyakiti persaan orang lain, seharusnya tidak merendahkan orang lain," kata Evy.
Sebelumnya Evy juga bercerita soal pilihannya menjadi istri kedua Gatot Pujo Nugroho.
"Keputusan saya menjadi istri kedua sangat saya sadari konsekuensinya. Saya menyadari bahwa hal ini sangatlah tidak mudah untuk dijalani. Pologami bagi seorang wanita pastilah sangat tidak mudah. Berada di posisi keberapapun sangatlah berat, dan jalan apapun yang dipilih pasti penuh pertarungan, karena status istri kedua memiliki stigma yang buruk di mata masyarakat," kata Evy.
Gatot yang duduk disebelah kiri Evy, mengelus tangan kanan istrinya tersebut. Suasana dalam persidangan pun mendadak hening. Semuanya terpaku pada pengakuan Evy.
"Bagian yang paling menohok nurani saya, jujur saya menjadi takut karena realita yang ada di lapangan sangatlah pahit, tetapi banyak pelajaran yang bisa diambil dari setiap perjalanan hidup," kata Evy.
Evy mengaku bahwa dirinya bukanlah sosok wanita yang sempurna. Untuk itu dirinya tak ingin membela diri dalam membacakan pledoi.
"Setiap pernihakan memang punya cerita sendiri dan tidak selalu manis. Apakah menjadi istri kedua itu harus disamaratakan sebagai perempuan yang selalu dinilai negatif, yang selalu menjadi perempuan yang tidak mempunyai kemampuan apa-apa?," kata Evy.
Pengakuan Evy, mendampingi Gatot selama dua tahun belakangan sepenuhnya ingin membantu sang suami.
"Bagi saya adalah hal yang menbahagiakan bila melihat suami saya dapat bekerja dengan baik. Sesungguhnya tidaklah saya merasa bersuka cita menjadi seorang istri pejabat, karena sesungguhnya saya meerasa berat dan tak lagi dapat tidur nyenyak," kata Evy.