TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini mulai marak beredar buku berkonten radikal.
Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Rosidayati Rozalina, mengaku kerap diklarifikasi soal maraknya buku-buku tersebut.
"Selama ini memang kalau buku-buku yang sensitif sampai ke masyarakat, IKAPI ditanyakan. IKAPI memang melihat dulu, apakah ini (penerbit) anggota atau bukan, tentu kami tidak tanggung jawab kalau bukan," ujar Rosidayati, kepada wartawan di kantor Wakil Presiden RI, Jakarta Pusat, Rabu (2/3/2016).
Kata dia, penerbit sudah bisa menentukan, apakah buku yang akan diterbitkannya, mengandung hal-hal yang bisa dipermasalahkan.
Hal itu lah yang dilakukan para anggota IKAPI, untuk menghindari terbitnya buku berkonten radikal.
"Justru dari penerbitnya sendiri, yang begitu tahu ada masalah mereka akan menarik diri dan memberi klarifikasi ke media," katanya.
Hal itu selain bisa mengantisipasi tersebarnya buku bermasalah, langkah tersebut juga bisa mencegah pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan pembredelan.
"Lalau menurut hemat saya, sekarang ini bukan jamannya lagi di bredel buku," ujarnya.