TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Senior Partai Golkar Hajriyanto Y Tohari menilai Ketua Umum Aburizal Bakire sudah banyak melakukan kesepakatan dengan Agung Laksono.
Kesepakatan tersebut dilakukan secara terbuka maupun tertutup.
Ia pun mencontohkan pemilihan Nurdin Halid sebagai Ketua Steering Committee (SC) Munas Golkar mendatang.
"Itu kan dari mereka bedua. Jadi indikasi menuju ke arah kompromi diantara mereka nampak," ujar Hajriyanto di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (10/3/2016).
Ia juga melihat antusiasme publik terhadap Munas telah mengendur. Alasan lainnya, tidak ada protes yang signifikan terkait penundaan rapat pleno pembentukan panitia Munas.
"Tidak ada protes ketika terjadi informasi pengunduran ke bulan Mei. Bahkan terakhir ada lagi informasinya bukan Mei, tapi Juli," tuturnya.
Mantan Wakil Ketua MPR itu juga melihat isu-isu menjelang Munas yang mulai hilang. Contohnya, isu politik uang.
Hajriyanto juga menyinggung pernyataan Bambang Soesatyo yang menjadi tim sukses Ade Komaruddin.
Bambang menyatakan jadwal Munas diserahkan sepenuhnya kepada Aburizal Bakrie.
"Ya ini bisa dimengerti oleh karena calon-calon ketum ini adalah tokoh-tokoh yang selama ini memang di deketnya Pak ARB," katanya.
"Bahkan mereka-mereka ini orang yang dulu termasuk menentang munas yang dipercepat itu kan, munas rekonsiliasi gampangnya begitu. Lho Bambang Soesatyo kan kenceng banget menolak munas untuk rekonsiliasi. Setya novanto apalagi. Aziz Syamsuddin," tambahnya.
Hajriyanto menuturkan Munas digelar untuk memperbaharui mandat serta rekonsiliasi. Ia mengingatkan adanya kader yang menginginkan Golkar dibenahi untuk pemenangan pemilu 2019.
"Ada juga yang berpikir yang penting kami sekarang dapat ambil bagian dalam kepengurusan partai. Ya macam-macam," tuturnya.