News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Musabaqoh Kitab Kuning Tingkat Nasional Angkat Karya Imam Al-Ghazali

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Steering Commitee (SC) Musabaqoh Kitab Kuning, KH Maman Imanulhaq bersama rombongan bersilaturahmi dengan GM Newsroom Tribun Network, Febby Mahendra Putra di Kantor Tribunnews.com, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta, Selasa (29/3/2016). (TRIBUNNEWS.COM/MOHAMAD YOENUS)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesantren dan tradisi keilmuan kitab kuning tak dipungkiri sangat memberikan warna Islam Indonesia yang khas, berbeda dari Timur Tengah dan Afrika.

Berangkat dari gagasan untuk melestarikan tradisi tersebut, DKN Garda Bangsa, organisasi sayap kepemudaan PKB, berinisiatif mengembangkan khazanah keilmuan pesantren dan melestarikan nilai-nilai di dalamnya melalui Musabaqoh Kitab Kuning.

"Musabaqoh Kitab Kuning sekaligus penegasan kembali Islam Nusantara. Islam Nusantara bukan ideologi, tapi sebuah kesadaran bahwa Islam harus menjadi energi untuk transformasi dan perdamaian," ujar Ketua Steering Commitee (SC) Musabaqoh Kitab Kuning, KH Maman Imanulhaq, saat silaturahmi bersama rombongan ke kantor redaksi Tribunnews.com di Jakarta, Selasa (29/3/2016).

Menariknya, dalam musabaqah tingkat nasional pertama ini, kitab kuning yang dilombakan peserta adalah Ihya 'Ulumuddin karya Abi Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali atau Imam al-Ghazali.

Kang Maman beralasan, kitab Ihya 'Ulumuddin dilombakan agar santri-santri muda bisa mengambil pelajaran berharga dari Imam al-Ghazali. Satu contoh soal jihad, al-Ghazali membedakan jihad kecil yakni jihad fisik dan jihad besar yakni melawan hawa nafsu.

"Jadi kenapa Ihya 'Ulumuddin, karena mengaca adanya kecenderungan orang belajar agama secara instan, tapi sudah menggangap dirinya ahli surga dan berani mengkafirkan orang," imbuh dia.

Diakui Kang Maman, Ihya 'Ulumuddin memang sulit, tapi ada bab-bab menarik yang tidak hanya membahas soal jihad, tapi juga bab ta'allum atau bab belajar. "Belajar itu adalah jihad tertinggi," kata dia.

Ia berharap anak-anak muda yang menjadi peserta dalam Musabaqoh Kitab Kuning ini dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat agar tak mudah mengkafirkan orang.

Ketua Organizing Committee, Gus Syeikhul Islam menambahkan sekali pun dipandang sebagai kitab yang sulit, tapi kenyataannya banyak santri yang tertantang mendalami Ihya 'Ulumuddin.

"Setiap daerah sudah mulai banyak mendaftar. Sudah ada 100-an yang mendaftar," ungkap Gus Syeikhul Islam.

Rencananya, babak penyisihan Musabaqoh Kitab Kuning terselenggara di 31 pondok pesantren tertua yang selama ini menjadi rujukan keilmuan ulama-ulama se-Nusantara yang tersebar di 20 provinsi sejak 1 sampai 7 April 2016.

Hasil babak penyisihan nanti akan terseleksi 124 peserta untuk maju ke babak final yang bertempat di Graha Gus Dur, DPP PKB, Jalan Raden Saleh No 9, Jakarta Pusat, yang berlangsung dari 12 sampai 13 April 2016.

Formulir pendaftaran peserta dapat diunduh di website: www.gardabangsa.id atau di lokasi pelaksanaan pada 14 sampai 30 Maret 2016.

Lembaga Bahtsul Masail PBNU ditunjuk sebagai dewan juri. Sementara dewan juri kehormatan di antaranya KH Dimyati Rois (Mustasyar PBNU), KH Ma'ruf Amin (Rais Aam PBNU) dan KH Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini