Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seperti pada pemilihan kepala daerah (pilkada) umumnya di kota-kota besar, pilkada DKI Jakarta yang tahapannya baru dimulai pada Juli mendatang, juga diisi dengan kampanye melalui media sosial (medsos).
Kordinator Jokowi Ahok Social Media Volunteers (JASMEV), Kartika Djoemadi, yang pada pilkada 2012 lalu sukses mengawal pasangan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama, menilai medsos merupakan wadah efektif, karena mayoritas pemilih di Jakarta memiliki akun medsos seperti Twitter, Path dan Facebook.
"Sembilan puluh persen masyarakat Jakarta menggunakan twitter, sekarang Path sudah delapan puluh persen," ujar Kartika kepada wartawan, di Veteran Coffee and Resto, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (30/3/2016).
Namun ia khawatir strategi kampanye hitam atau black campaign, dengan cara menyebar fitnah untuk menjatuhkan elektabikitas seorang kandidat, masih diterapkan oleh pihak-pihak tertentu.
Kartika mengaku percaya bahwa pemilih di Jakarta yang mayoritasnya adalah pemilih rasional, akan sulit terhasut. Namun menurutnya tetap saja para pemilih di Jakarta tetap harus berhati-hati dalam menyerap informasi di medsos.
"Yang memilih kandidat manapun juga, yang pertama harus akses informasi dari sumber yang akurat dan valid, jangan pernah percaya informasi hoax (bohong) dari media abal abal," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat Jakarta untuk memanfaatkan kuota internetnya, juga untuk memgklarifikasi informasi yang di dapat ke sumber-sumber terpercaya.
Kalaupun aksi menyebar fitnah tersebut dapat terendus, ia mengimbau agar hal tersebut dibalas dengan kepala dingin. Menurutnya aksi saling menjatuhkan kandidat melalui fitnah, justru akan merugikan semua pihak.
"Misal kita (sudah) memilih kandidat, lalu kita tidak suka denfan kandidat lain, jangan kita menyerang secara terbuka," terangnya.(*)