Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Atas tewasnya terduga teroris Siyono, Polri kini kelimpungan karena putusnya mata rantai soal dimana gudang senjata milik Jamaah Islamiyah yang selama ini dikelola oleh Siyono sebagai kepala gudang.
Polri pun menyesalkan insiden itu dan menyatakan berduka terhadap keluarga. Soal uang santunan yang diberikan Polri pada istri Siyono, yakni Suratmi menurut Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan itu adahal hal biasa.
"Soal uang kemanusiaan itu hal biasa, teroris pun kalau meninggal keluarganya diberi uang kemanusiaan. Ini kalau ditolak, kenapa tidak dari awal saja, kenapa baru dikembalikan sekarang? ," tegas Anton, Rabu (6/4/2016).
Anton melanjutkan kini anggota Densus 88 Mabes Polri tengah berupaya menemukan dimana gudang senjata itu, dan mencari seseorang yang memegang kunci gudang, orang tersebut berinisial Z.
"Polri menyesalkan tewasnya Siyono. Karena dia punya info penting, hanya Siyono yang tahu dimana gudang senjata. Sekarang kami bingung karena rantainya terputus. Anggota masih mencari keberadaan S yang memegang kunci gudang" tegasnya.
Seperti diketahui, Siyono adalah bagian dari kelompok Jamaah Islamiyah, yang adalah organisasi terlarang. Menurut tiga teman Siyono yang telah ditangkap sebelumnya, yakni AW alias TG, BR dan DN diketahui bahwa kelompok mereka memang mengumpulkan sejumlah senjata untuk membangun Negara Islam Indonesia (NII).
Bahkan kelompok ini sempat menggelar rapat di daerah, Tawamangmangu, Jawa Tengah untuk mendirikan NII. Mereka mengumpulkan ratusan senjata, alat bubut, granat hingga amnunisi yang seluruhnya disimpan Siyono.
Siyono, warga Brengkungan Cawas Klaten sebetulnya telah ditangkap Densus 88 pada Selasa (9/3/2016) silam, namun dia kemudian meninggal di perjalanan.
Polri mengklaim yang bersangkutan meninggal usai kelelahan dan lemas akibat melawan dan berkelahi dengan anggota Densus 88 yang mengawal selama perjalanan. Pasalnya saat itu, Siyono berupaya kabur.
Untuk mengungkap penyebab pasti kematian Siyono, Minggu (3/4/2016) kemarin tim dokter Muhammadiyah dibantu satu dokter forensik Polri melakukan autopsi pada jenazah Siyono.