News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hasil Autopsi Muhammadiyah Tegaskan Tak Ada Pendarahan di Kepala Siyono

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Pemuda PP Muhammadiyah, Dahnil Azhar Simanjuntak menyatakan dari hasil forensik yang dilakukan oleh pihaknya bersama dengan dokter forensik dan Komnas HAM, tidak ada pendarahan di kepala Siyono yang disebut-sebut sebagai gembong terorisme di Klaten.

"Kalau polisi menyebutkan ada pendarahan di kepala itu tidak benar, hasil forensik menyebutkan hanya ada 'bubur putih' bukan 'bubur merah' jadi tidak benar penyebabnya pendarahan di kepala," jelasnya di kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (11/4/2016).

Dia mengatakan, jika ada pendarahan di kepala Siyono seperti yang dinyatakan pihak kepolisian, seharusnya sudah ada bekas luka tersebut. Tapi hal itu tidak terbukti.

Dirinya mengakui bahwa luka di bagian kepala itu ada, namun tidak massif seperti luka yang dihasilkan di bagian tubuh lainnya. Sehingga bukan penyebab dari kematian Siyono.

Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa pihak kepolisian dan juga Densus 88 yang menyatakan telah melakukan otopsi terhadap jasad Siyono adalah tidak benar.

"Autopsi kami yang pertama kali dilakukan. Tidak ada autopsi yang dilakukan sebelumnya dari pihak manapun. Polisi hanya berbicara saja tanpa melakukan pengecekan sebelumnya," tegasnya.

Sebelumnya, informasi yang diperoleh dari sumber Densus 88 dikutip dari Kompas.com, kematian terduga teroris Siyono saat ditahan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri terus dipermasalahkan.

Densus 88 dituduh melanggar hak asasi manusia dan menyalahi prosedur penangkapan, sehingga menyebabkan terduga teroris asal Klaten itu tewas.

Penangkapan Siyono 8 Maret 2016 lalu itu diawali dengan serangkaian penangkapan kelompok JI di Pamanukan, Yogyakarta, Klaten dan Semarang pada Mei 2014 silam.

Sembilan terduga teroris ditangkap dan seluruhnya ditetapkan sebagai tersangka.

Barang bukti serangkaian penangkapan itu antara lain bunker di Parangtritis, pabrik senjata api rakitan di Klaten, beberapa pucuk senjata api, lebih dari enam blok peledak TNT, dan sejumlah unsur bahan kimia untuk bahan peledak.

Densus 88 kembali menangkap empat terduga teroris jaringan JI di Mojokerto dan Gresik pada 19 Desember 2015. Mereka adalah bagian dari sembilan teroris yang ditangkap 2014 silam.

Siyono Disebut Simpan Senjata

Pada 7 Maret 2016, Densus 88 kembali menangkap terduga teroris lain bernama alias Awang di Desa Greges, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung.

Dari Awang lah, Densus 88 memperoleh keterangan bahwa senjata api miliknya telah diserahkan kepada rekan JI lainnya bernama Siyono.

Senjata yang diserahkan itu yakni dua pucuk senjata api laras pendek, dua magazin dan beberapa butir peluru.

Atas dasar itu pada 8 Maret 2016, Densus 88 menangkap Siyono di sebuah rumah di Dusun Pogung, Desa Brengkungan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Tewas Bergulat dengan Densus

Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Charliyan, saat ditangkap, Siyono sempat menyerang polisi di mobil. Pergulatan itu yang menyebabkan Siyono meninggal dunia.

Namun, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai ada yang tidak wajar dalam kasus kematian Siyono.

Apalagi, jenazah Siyono ditemukan penuh dengan luka dan lebam, yang diduga akibat tindakan penyiksaan dan penganiayaan.

Tak hanya soal kematian Siyono, Kontras juga menemukan adanya pelanggaran prosedur hukum dan administrasi saat anggota Densus 88 menangkap dan menggeledah rumah Siyono.

Bahkan, Kontras menemukan adanya upaya intimidasi yang dilakukan Densus 88 terhadap keluarga Siyono.

Menanggapi banyak pihak yang menyudutkan Polri atas kematian Siyono, Badrodin Haiti tidak mempersoalkan hal itu.

"Enggak apa-apa, silahkan saja, sah-sah saja," ujar dia.

Badrodin telah menginstruksikan Divisi Profesi dan Pengamanan untuk menyelidiki soal tewasnya terduga teroris Siyono. Ia mengatakan, penyelidikan itu hingga saat ini belum selesai.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini