Laporan Wartawan Tribunnews.com, Amriyono Prakoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang ABK kapal TB Henry yang disandera oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf, Syamsir menceritakan bahwa dirinya bersama tiga ABK lainnya selalu diikat di satu pohon saat menetap di satu tempat.
"Selama disana diikat pake tali di satu pohon, diikat berempat mengelilingi pohon. Setiap kali kami pindah tempat," tuturnya saat ditemui di Kantor Kemenlu, Jakarta, Jumat (13/5/2016).
Mereka berempat hanya dapat dilepaskan ketika saat akan makan, salat dan buang air, sisanya mereka harus kembali diikat di sebuah pohon dengan pengawalan ketat.
Dia menyampaikan, awalnya, pada malam hari, kesepuluh ABK Kapal Henry akan menuju Indonesia ketika sudah mengirimkan barang ke Filipina.
Para sandera datang melalui bagian belakang kapal dan menembak salah satu dari ABK yang melakukan pemberontakan. Akhirnya dia menyerah daripada harus semua ABK tertembak oleh kelompok Abu Sayyaf.
Saat pemindahan ke speed boat, kelompok Abu Sayyaf seakan tidak peduli siapa saja yang dibawa karena perahu yang dipakai berukuran kecil dan tidak muat untuk seluruh ABK.
"Jadi yang dibawa empat saja, siapa yang didapat itu yang dibawa, posisi malam jadi tidak kelihatan siapa yang diangkut," jelasnya.
Namun, masa sulit itu sudah terlewat, Syamsir dan tiga rekannya dapat dibebaskan oleh pemerintah melalui kerjasama dari pihak Filipina dan Indonesia.