Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Munaslub Golkar beragendakan rapat verifikasi peserta Munaslub berlangsung ricuh, Minggu (15/5/2016) malam.
Keributan terjadi dikarenakan konflik ditubuh ormas Kosgoro 1957 dan SOKSI.
Tanda-tanda kericuhan dimulai saat rapat berisi perdebatan ormas yang mendapatkan hak suara.
Ternyata Kosgoro 1957 memiliki tiga kepengurusan di bawah pimpinan Agung Laksono, Aziz Syamsuddin dan Ridwan Hisjam.
Sementara SOKSI di bawah pimpinan Ade Komarudin dan Ali Wongso sebagai Plt Rusli Zaenal. Akhirnya Pimpinan Rapat Munaslub, Nurdin Halid menskors rapat selama lima menit.
Kelima pengurus dari Kosgoro 1957 dan SOKSI pun maju ke meja pimpinan rapat. Mereka meminta kejelasan pimpinan rapat untuk menentukan pemilik suara yang sah.
"Kalau hukum yang jadi patokan maka tidak ada Munaslub. Kita di Pilkada bisa duduk Pak Agung dan Pak Ical," kata Nurdin di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Minggu (15/5/2016).
Namun, persoalan tersebut belumlah selesai. Kedua ormas tersebut belum memiliki kesamaan pandangan.
Akhirnya, Nurdin kembali menskors rapat selama 10 menit untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
"Saya tawarkan untuk kepentingan bersama, kebesaran partai Golkar, kami menawarkan solusi, dua-duanya menjadi peserta dan hak suaranya satu. Kalau tidak menerima keputusan itu, kami putuskan tidak dua-duanya menjadi peserta," kata Nurdin disambut tepuk tangan sambil mengetuk palu rapat.
Namun, kericuhan kembali terjadi saat salah satu kader Kosgoro 1957 secara tiba-tiba mendorong salah satu peserta Munaslub setelah terjadi adu mulut. Saling dorong pun tak terhindarkan.
Kader Kosgoro 1957 itu kemudian dipisahkan oleh petugas keamanan dari AMPG. Tetapi, kader tersebut tidak menerima dilerai. Petugas pun kemudian membawa kader tersebut keluar dari arena Munaslub.
Sementara, peserta Munaslub menyanyikan mars Golkar untuk meredakan situasi yang memanas.
"Kita partai besar mempertontonkan hal yang memalukan," kata Nurdin.
Nurdin pun memutuskan tanda peserta kader Kosgoro 1957 itu dicabut. Tidak berapa lama, Menkopolhukam Luhut Panjaitan masuk ke dalam arena Munaslub.
Waketum Golkar Yorrys Raweyai mengakui persoalan Kosgoro 1957 dan SOKSI telah berlangsung lama.
"Persoalan ini muncul mereka harus selesaikan di Jakarta," ujarnya.
Yorrys menuturkan kader tersebut diamankan pihak kepolisian. "Biar lepas tugas kita," katanya.