Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hasil riset, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan konflik elit lebih dari setahun membuat Golkar terpuruk dalam empat hal, antara lain.
Pertama, dari dukungan publik. Golkar masih nomor dua namun semakin berjarak dengan pemenang pemilu 2014. Kita mencatat hasil pileg Juli 2014, PDIP mendapatkan 18,95 persen suara, dan Golkar di angka 14,75 persen.
"Sekarang, hasil survei terbaru LSI (Mei 2016) memperlihatkan dukungan terhadap Golkar turun di angka 10,8 persen, selisih sekitar 10 persen dengan PDIP yang berada diangka 21,5 persen," kata peneliti LSI Ardian Sopa di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (18/5/2016).
Memang Golkar masih di urutan kedua tetapi jaraknya semakin jauh. Golkar lebih dekat dengan posisi ketiga yaitu Gerindra yang berada diangka 9,8 persen, dan Demokrat di angka 7,5 persen. Partai lainnya masing-masing dibawah 5 persen. Sementara tidak tahu atau tidak jawab diangka 29,7 persen.
Kedua, perolehan kemenangan pilkada 2015, Golkar yang biasanya unggul teratas, diatas 50 persen, kini terpuruk hanya di urutan 9, yang totalnya di bawah 30 persen.
"Golklar tak hanya dibawah PDIP, tapi dibawah perolehan partai lain pula. Perolehan kemenangan pilkada serentak 2015 (dari Rekapitulasi Pilkada, LSI 2015) PDIP di 105 daerah (rangking 1), Gerindra di 87 daerah (rangking 2), Demokrat di 68 daerah (rangking 6), dan Golkar di 49 daerah (rangking 9)," kata Ardian.
Ketiga, kegamangan sikap politik, pertama kalinya Golkar 2015 menjadi pemimpin oposisi (KMP). Namun sikap ini rentan di dalam, yang justru akhirnya menyeret Golkar dalam konflik berkepanjangan.
"Golkar akibatnya tidak kokoh sebagai pemimpin oposisi. Di sisi lain, Golkar juga belum menjadi bagian penting pemerintahan Jokowi," kata Ardian.
Keempat, Golkar belum siap dengan alternatif pemimpin nasional untuk bersaing dalam pilpres 2019. Agar maksimal sebagai partai pengatur kebijakan, sebuah partai tak hanya harus menang dalam pemilu legislatif. Ia juga harus menang dalam pemilu presiden.
Untuk diketahui survei LSI Denny JA ini dilakukan mulai tanggal 2 sampai 7 Mei 2016, menjelang Munaslub Golkar.
"Survei ini bertujuan menangkap aspirasi masyarakat terkait babak baru Golkar paska munaslub. Survei menggunakan multistage random sampling dengan 1200 responden di 34 propinsi di Indonesia melalui Quickpoll," kata Ardian.
Dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen LSI juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview.