Sementara, Wakapolri Komjen Budi Gunawan (BG), Akpol 1983, lebih memilih tak ingin menjadi Kapolri bukan karena pernah tersandung kasus 'rekening gendut' di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tapi, ia lebih ingin mengabdi ke negara di luar institusi Polri jika tidak menjadi Wakapolri karena alasan tertentu.
Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri, Komjen Dwi Priyatno merupakan Akpol 1982 dan pensiun pada 12 November 2017. Ia lebih memilih tak menjadi Kapolri karena untuk menghindari stagnan regenerasi kepemimpinan Polri mengingat tidak pernah ada cerita Kapolri digantikan oleh teman satu angkatan di Akpol. Alasan lain ia menolak, karena ada ketidakcocokan.
Adapun Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (Kalemdikpol), Komjen Syafrudin yang merupakan Akpol 1985 dan dikenal dekat dengan Presiden Jokowi, sudah dalam beberapa kesempatan pertemuan internal Polri menyampaikan menolak menjadi Kapolri.
Alasannya, ia tidak ingin membuat gaduh internal Polri dan untuk menghindari predikat kompetitor di antara sesama jenderal bintang tiga.
Sekretaris Utama Lembagga Pertahanan Nasional (Sestama Lemhanas), Komjen Suhardi Alius, Akpol 1985, yang dinilai cacat secara politis oleh pihak internal dan eksternal Polri terkait penyelesaian kasus 'Obor Rakyat'.
Suhardi juga menyampaikan ke Hermawan, minta tolong jangan diganggu lagi dirinya di Lembahanas. Ia merasa sudah nyaman dengan dirinya saat ini.
Lebih dari itu, lanjut Hermawan, bahkan Wakabaintelkam Polri, Brigjen Lutfi Lubihanto yang merupakan Akpol 1984 dan dikenal dekat dan punya karakter lebih kurang sama dengan Presiden Jokowi pun enggan jika diberi pilihan menjadi Kapolri.
Hingga berita ini diturunkan, Tribun belum mendapatkan konfirmasi dari pihak-pihak yang disampaikan oleh Hermawan.