Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga menganggap dr Indra Sugiarno SpA sebagai korban peredaran vaksin palsu.
Baik keluarga maupun kuasa hukum menyatakan dr Indra sama sekali tidak mengetahui bahwa vaksin yang dibelinya dari kurir S adalah palsu.
Terlebih cucu dan anak dr Indra juga divaksinasi dengan vaksin palsu.
Sehingga keluarga keberatan dr Indra ditetapkan sebagai tersangka serta ditahan.
Menanggapi hal itu, Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Pol Agung Setya menuturkan alasan khusus mengapa penyidik menetapkan dr Indra sebagai tersangka.
"Kalau farmasi yang menyediakan vaksin, maka Farmasi yang bertanggung jawab. Tapi ini kan secara langsung yang menyediakan dr Indra, makanya dia harus bertanggung jawab," tutur Agung, Selasa (19/7/2016) di Bareskrim Polri.
Agung melanjutkan soal adanya pihak yang menyatakan dokter disudutkan di kasus ini, ditegaskan Agung justru pihaknya melindungi para dokter di kasus ini.
"Justru kami lindungi dokter dalam kasus ini, sepanjang mereka menjalankan prosedur. Kalau dr Indra itu dia langsung beli dari kurir, ini tidak boleh, menyalahi makanya dijadikan tersangka," katanya.
Sehari sebelumnya dr Indra angkat bicara melalui kuasa hukumnya, Fahmi M Rajab soal bagaimana dirinya bisa mendapatkan vaksin palsu.
Di hadapan awak media, Fahmi menegaskan bahwa kliennya adalah korban.
Karena dokter Indra tidak mengetahui jika vaksin yang didapatnya itu adalah vaksin palsu.
"Dia tidak pernah tahu itu vaksin palsu, dia juga korban karena dia memvaksin anak dan cucuknya juga. Dokter Indra dapat vaksin palsu dari sales inisial S. Kalau soal harganya berapa saya tidak tahu karena harus liat BAP," kata Fahmi di Bareskrim, Senin (18/7/2016).
Ditanya soal mengapa setelah mendapatkan vaksin dari S, dokter Indra tidak melakukan pengecekan soal keaslian vaksin? Dijawab Fahmi soal pengecekan itu bukan kewajiban dokter.
"Bukan kewajiban dokter untuk melihat palsu atau tidak. Jadi awalnya itu saat Januari ada kekosongan vaksin dan pasien mencari vaksin ke dokter Indra," ujarnya.
Akhirnya dokter Indra mencari sales dari perusahaan yang biasa menyuplai obat.
Hal yang menjadi masalah ialah obat itu bukan dari perusahaan melainkan dari sales pribadi.
"Pada sales itu dokter Indra sempat tanya ini asli atau tidak, dan sales jawab asli. Jadi kelangkaan vaksin Januari, Februari dokter Indra mencari dan dapat vaksin lalu digunakan kepada pasien," katanya.