TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yusuf, seorang bapak yang anaknya jadi korban vaksin palsu, mengamuk saat memohon perlindungan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Ia meluapkan amarahnya lantaran pemerintah terlihat tidak sigap dalam menangani kasus tersebut.
Yusuf murka karena vaksin palsu yang ia anggap racun sengaja dimasukkan ke dalam tubuh anaknya.
"Hepatitis belum ada obatnya, belum yang lain. Ini racun dimasukin ke tubuh bayi, coba!," ujar Yusuf dengan nada tinggi saat menghadiri pertemuan di Kantor KPAI, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Kamis (21/7/2016).
Ia pun meminta KPAI tegas dalam menjalankan tugasnya.
"KPAI melindungi anak? gerak dong!" katanya.
Yusuf pun meluapkan kekesalannya pada Presiden Jokowi yang ia nilai tidak peduli dengan para bayi korban vaksin palsu.
"Lindungi kami orangtua para korban, bantu kami, pemerintah Jokowi cuma diam, puskesmas jawabannya, apaan itu!" ujarnya dengan nada ketus.
Lebih lanjut, ia mempertanyakan sikap Jokowi yang selalu santai dalam menyikapi kasus yang menurutnya fatal tersebut.
"Pak, gimana korban? Ya ke Puskesmas. Apa itu doang jawabannya? Presiden kayak gitu," tegasnya.
Amarahnya pun memuncak, ia menegaskan bahwa puskesmas bukan jawaban yang ia inginkan.
"Denger kami wartawan, presiden. Puskesmas bukan jawabannya!" kata dia.
Tak lama kemudian, pria tersebut seketika menurunkan nada suaranya dan berharap Rumah Sakit Harapan Bunda memiliki itikad baik untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Kami ingin teman-teman kami yang sudah percaya dengan rumah sakit Harapan Bunda, yang sudah bayar mahal, nggak gratis, ada feedback ke kita, RS Harapan Bunda pedulikan kami," paparnya.
Yusuf mengklaim dirinya telah membayar mahal dan masih tidak bisa membayangkan anaknya merupakan salah satu korban vaksin palsu.
"Saya sudah bayar mahal, nggak gratis, saya cuma berdoa anak saya positif vaksin asli yang masuk ke bayi kami," katanya menahan kesal.
Ia pun kembali mengingatkan dampak mengerikan vaksin palsu terhadap para bayi.
"Cuma saya denger dari para orangtua yang sudah kena vaksin palsu, mengerikan dampaknya, mengerikan," tandasnya.