“Itu terungkap setelah saya menemukan ada isi SMS seorang napi pakai tulisan Arab. Isi sms tersebut intinya untuk melawan saya dan bahkan pernah mengancam akan membakar lapas.”
Kendati demikian, Sitinjak tidak serta merta takut. “Saya sadar, sebagai kepala lapas yang di dalamnya ada Freddy pasti akan mendapatkan tekanan. Makanya saya pasang siasat supaya saya selamat,” ujar pria yang kini menjadi Kepala Divisi Pemasyarakatan NTT tersebut.
Sitinjak kemudian pasang strategi mendapatkan ancaman dari Freddy.
Ia meminta sedikitnya tiga orang pengawal yang menemaninya.
Tak jarang Sitinjak harus berkeliling kota Cilacap terlebih dahulu ketika ke luar dari Pulau Nusakambangan untuk menghindari jika ada orang yang membuntutinya.
Sitinjak bahkan sering beberapa kali pakai wig atau rambut palsu bila di luar Pulau Nusakambangan.
“Tujuannya supaya saya tidak dikenali oleh orang yang mengincar atau akan membunuh saya,” kata Sitinjak yang saat itu mengaku mempunyai sejumlah wig dengan model bermacam-macam.
Upaya Sitinjak mengisolasi Freddy sedikit demi sedikit membuah hasil. Saat itu, menurut Sitinjak, Freddy mulai rajin beribadah dan terlihat beberapa kali mulai memakai baju koko.
Sitinjak sering memanggil Fredy dan memberinya nasihat. “Saya sering panggil Freddy."
Sitinjak pun senang melihat perubahan Freddy.
Namun sayangnya Sitinjak hanya bertahan sampai setahun menjadi Kepala Lapas Batu hingga September 2014.
Ia merasa mendapatkan tekanan besar dari berbagai pihak atas kebijakannya mengisolasi Freddy.
“Saya merasa tersingkir dari sana. Tapi wajar saja, saya sudah memperkirakannya. Kalau saya menghentikan peredaran narkoba dan akses komunikasi para bandar narkoba, pasti saya akan disingkirkan,” ujarnya.