Haris pun masih ingat, siapa saja orang-orang yang menjadi saksi pertemuan dan obrolannya dengan Freddy Budiman. Mereka adalah, John Kei, Suster Yani, Andreas dan Liberty Sitinjak selaku pimpinan lapas.
Bahkan, Sitinjak sendiri yang mengawal para napi tersebut saat memasuki ruang pertemuan.
"Ada Pak Sitinjak di situ nengawasi," tandasnya.
"Saat itu Freddy pakai baju tahanan. Saya jadi ingat karena sempat lihat gaya baju dia di tv kalau pakai baju tahanannya suka dibuka kancingnya. Karena saat ketemu begitu juga, saya lihat ternyata karena perutnya gede banget. Makanya nggak bisa dikancing bajunya. Waktu itu, rambutnya masih hitam, belum diwarnai," sambungnya.
Haris mengaku mengobrol dengan Freddy di ruangan itu hampir dua jam pada saat hari menjelang siang kala itu. Saat itu, Freddy mengaku hendak mengungkapkan tentang apa yang dialaminya.
"Saya juga kaget ternyata di ruangan itu dipertemukan dengan Freddy Budiman dan Jhon Kei," jelasnya.
Menurut Haris, Freddy mengawali pertemuan dengan pernyataan, "Pak Haris, saya bukan orang yang takut mati. Saya siap menerima risiko dihukum mati karena kejahatan saya. Saya juga kecewa dengan para pejabat dan penegak hukumnya. Karena ini yang dihukum turut serta dengan saya justru si sopir kontainer atau prajurit TNI anggota bawah."
Selanjutnya, kata Haris, Freddy mengungkapkan bahwa sebenarnya dirinya bukan bandar atau gembong narkoba, melainkan sebatas operator penyelundupan narkoba skala besar dengan bos di China atau Tiongkok.
Jenderal dan BNN
Berikutnya, Freddy menceritakan modus operasi dirinya bisa menyelundupkan narkoba skala besar asal China.
"Kalau saya mau bawa barang yang besar, yang banyak, itu harus diatur. Saya telepon polisi, Bea Cukai dan BNN. Mereka semua yang menitip harga (beli narkoba)," kata Haris mengulangi pengakuan Freddy.
"Semua saya OK-kan. Kenapa saya OK-in. Karena harganya barang keluar dari pabrik hanya Rp 5 ribu. Dan saya tetap bisa jual Rp 200 sampai Rp 300 ribu. Jadi, selalu saya Ok-kan," sambungnya.
Freddy bercerita bisa mengendalikan penyelundupan narkoba dari dalam lapas. Namun, para polisi juga bermain dengan dua kaki.
Meski sudah deal menitip harga, terkadang mereka menangkapnya dan menyita narkoba dari luar negeri tersebut. Namun, setelah dicek oleh informan Freddy, justru narkoba yang menjadi barang sitaan polisi itu telah beredar di lapangan.
Menurut Haris, Freddy bisa mengetahui hal itu karena menurutnya setiap produk narkoba pabrik tertentu mempunyai ciri bentuk, warna dan rasa berbeda.